foto: ap photo/tatan syuflana
UM Surabaya

*) Oleh: Fauzan el Hasyim, M.Pd

Sebagai awalan, ada sejumlah pertanyaan, kenapa saya belum menjadi orang-orang yang bertakwa?

Padahal setiap tahun saya ketemu dengan bulan Ramadan? Saya berpuasa serta menghiasi bulan Ramadan dengan tadarus Alquran dan amaliah lainnya, akan tetapi pasca Ramadan keadaan saya biasa biasa saja.

Tutur kata yang tidak terkontrol, belum pernah merasakan nikmatnya ibadah, belum pernah merasakan nikmatnya berbagi, belum bisa salat tepat waktu. Yang paling parah, saya belum bisa salat berjamaah di masjid secara istikamah.

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?

Pertanyaan-pertanyaan itu sangat luar biasa, bahkan sangat relevan bila ditanyakan pada masing-masing diri kita. Jangan-jangan, diri kita yang dimaksud dalam pertanyaan tersebut, kalau iya lantas apa yang harus kita lakukan?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah dengan cara memastikan kondisi akidah kita. Jangan-jangan akidah masih rapuh atau belum murni, yakni masih terkena noda-noda kesyirikan yang berakibat kepada kualitas ibadah kita.

Karena akidah yang berkualitas melahirkan ibadah yang berkualitas. Ibadah yang berkualitas akan melahirkan akhlakul karimah.

Keagamaan kita ini laksana pohon, bila tampak sebuah pohon rindang dan tidak bisa menghasilkan buah berarti ada masalah dengan akarnya.

Jangan-jangan akarnya kering atau sedang digrogoti penyakit syirik sehingga menyebabkan pohon tersebut tidak bisa menghasilkan apa-apa,

Itulah pentingnya kita menjaga tauhid agar tidak bercampur aduk dengan kesyirikan.

Bahkan terkait hal tersebut, Allah SWT mengulang ulang dalam Alquran meskipun dengan redaksi yang beda, akan tetapi maksudnya sama, yaitu sembahlah Allah dan jangan berbuat syirik.

Betapa pentingnya tauhid agar kita tidak terjerumus ke dalam jurang kegelapan. Terkait itu pula Rasullulah saw sangat khawatir dengan umatnya sanajan itu syirik kecil sebagaimana sabdanya:

أَخْوَفَ ما أَخافُ عليكُمُ الشِّركُ الأصغرُ، فسئل عنه، فقال: الرِّياءُ

“‘Yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil’. Kemudian Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam ditanya tentang syirik kecil tersebut, lalu beliau menjawab: ‘ar-riya’.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani dan Al-baihaqi)

Oleh karena kita harus menjaga kemurnian akidah kita agar tidak terkena penyakit syirik, sebagaimana takutnya nabi Ibrahim terhadap kesyirikan yang doanya diabadikan oleh Allah dalam surat Ibrahim ayat 35-36:

وَاِ ذْ قَا لَ اِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّا جْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّـعْبُدَ الْاَ صْنَا مَ (٣٥)
رَبِّ اِنَّهُنَّ اَضْلَلْنَ كَثِيْرًا مِّنَ النَّا سِ ۚ فَمَنْ تَبِعَنِيْ فَاِ نَّهٗ مِنِّيْ ۚ وَمَنْ عَصَا نِيْ فَاِ نَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ (٣٦)

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.” (35)

“Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Barang siapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (36). (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini