Karena kekuasaan Ottoman yang lama itu pula, pengaruh Ottoman terhadap kebudayaan negara Serbia juga kuat.
Dalam sebuah sumber disebutkan bahwa pada masa kekuasaan Ottoman, tuan tanah dan para perajin muslim mendapatkan kewajiban pajak yang lebih rendah dari komunitas lain. Sehingga pada saat itu, banyak penduduk yang memilih untuk menjadi mualaf.
Pada saat yang sama, beberapa sumber juga menyebutkan bahwa orang Serbia cenderung melihat Islam sebagai enemy. Karena pengalaman pendudukan oleh Ottoman.
Benar atau tidak ada yang menyebutkan bahwa orang Serbia cenderung melihat zaman kekuasaan Ottoman sebagai zaman kegelapan bagai mereka. Tentu, isu ini perlu diteliti lebih jauh.
Saat ini muslim di Serbia populasinya menurut berbagai sumber sekitar 3% dari total jumlah penduduk 6.831 juta jiwa. Sebagian besar muslim di Serbia berasal dari Bosnia dan Albania.
Orang Islam di Serbia umumnya adalah muslim sunni dengan mayoritas penganut mazhab Hanafi. Ada dua organisasi Islam yang ada di negara ini, Islamic Community in Serbia (ICiS) dan Islamic Community of Serbia (ICoS).
Salah satu bagian jejak sejarah Islam di Novi Sad adalah benteng Petrovaradin atau Petrovaradin Fortrees. Orang menyebutnya juga sebagai “Giblartar di sungai Danube”, karena ukurannya sangat besar seolah seperti Giblartar dan letak posisinya strategis.
Nama benteng Petrovaradin diyakini berasal dari kata Petra (latin) yang berarti batu, Var (Magyar) yang berarti kastil atau benteng, dan Din (Arab/turki) yang berarti agama. Jadi nama Petrovaradin bisa berarti “kota di atas batu, kokoh seperti iman”.
Awal mula benteng ini dibangun oleh orang-orang Romawi. Namun, saat Turki Usmani menguasai daerah ini, benteng ini berada di bawah kekuasaan Turki Usmani. Benteng ini dipegang oleh Turki Usmani selama 150 tahun.
Namun, pada tahun 1687 benteng ini direbut oleh pasukan kerajaan Austria setelah melalui perang besar.