Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr. Hamim Ilyas menyampaikan bahwa konsep rahmatan lil ‘alamin sebagai konsep mendasar dan fundamental. Bahkan sangat populer tidak hanya sekadar di kalangan internal umat Islam, namun juga di kalangan umat yang lain.
Namun di balik itu, Hamim menilai konsep tersebut masih belum terelaborasi dengan baik. Akibatnya konsep Islam rahmatan lil ‘alamin hanya menjadi jargon dan belum menjadi perilaku dominan di banyak kalangan umat.
“Islam rahmatan lil ‘alamin merupakan konsep yang populer. Sayangnya konsep itu belum terelaborasi dengan baik dalam tradisi Islam yang diwarisi dari generasi ke generasi melalui ilmu-ilmu agama Islam yang masih dipelajari umat sampai sekarang,” tutut dia, dalam Pengajian Ramadan 1445 PDM Kota Yogyakarta di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta, Ahad (17/3/2024).
Konsep Islam Rahmatan lil ‘alamin secara eksplisit terlukiskan di dalam QS. al-Anbiya (21): 107.
Menurut Hamim redaksi ayat ini menyatakan konsep Islam rahmatan lil ‘alamin menggunakan pola kalimat nafyu (wa ma arsalnaka) dan istitsna’ (Illa rahmatan lil ‘alamin).
Islam rahmatan lil ‘alamin secara gramatikal menjadi maf’ul lil ajlih, kata ketengan untuk menyatakan alasan dan tujuan.
“Berdasarkan ini, terjemahan lengkap ayat tersebut adalah ‘Kami tidak memberikan risalah kepadamu (Muhammad) kecuali rahmah Kami dan untuk mewujudkan rahmah bagi seluruh alam,” ujarnya.
Hamim lalu menjelaskan tujuan Islam rahmatan lil ‘alamin secara eksplisit terlukiskan di dalam Tafsir bil Ma’tsur. Yaitu, sejahtera sesejahtera-sejahteranya (ar-rizqul halal), damai sedamai-damainya (al-qana’ah), dan bahagia sebahagia-bahagianya (as-sa’adah).
“Inilah beberapa di antara tujuan Islam rahmatan lil ‘alamin,” cetus Hamim.
Islam rahmatan lil ‘alamin memiliki visi seperti diisyaratkan dalam QS al-Fatihah (1): 1-7 yang mengisyaratkan hasil dari menempuh shirath mustaqim.
Shirath adalah at-thariqul wadlihus sahlu, jalan yang jelas lagi mudah. Mustaqim berarti as-sawiyyu terdekat tercepat mencapai apa yang dituju.
“Apa yang dituju adalah an-Ni’mah, al-halah al-hasanah, keadaan baik semua bidang kehidupan,” sebutnya.
Apabila dikaitkan dengan sistem nilai falah, lanjut Hamim, berupa keadaan baik bukan sekadar baik, tetapi berada di puncak keadaan baik.
Menurut Hamim nilai falah adalah al-fauz bi ma fihi ghayah shalahil hal, yaitu memperoleh segala yang menjadi puncak keadaan baik semua bidang kehidupan.
“Apabila keadaan baik ekonomi adalah makmur, maka falah itu berarti memperoleh puncak kemakmuran dan jika keadaan baik hukum adalah adil maka falah berarti memperoleh puncak keadilan. Falah dengan pengertian demikian sama dengan hayah thayyibah,” papar dia.
Sementara, misi Islam rahmatan lil ‘alamin sejalan dengan misi Nabi Muhammad saw dan para nabi sebelumnya. Yang oleh Alquran dinyatakan sebagai basyir dan nadzir.
Kata basyir dibentuk dari bisyarah (busyra) yang berarti kabar yang menggembirakan. Dan nadzir dibentuk dari kata nadzr yang berarti menyampaikan sesuatu dan menganjurkan kewaspadaan terhadapnya.
“Berdasarkan ini misi Islam rahmatan lil ‘alamin adalah memberikan kabar gembira dan peringatan dalam masyarakat tentang segala yang harus diwaspadai dalam mewujudkan hayah thayyibah,” tuturnya.
Di sisi lain, terang Hamim. Islam rahmatan lil ‘alamin memiliki program pembangunan yang mencakup seluruh umat manusia di penjuru buana.
Pembangunan ini meliputi agama, negara, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan keluarga. (cris/sm/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News