Bendahara Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Hilman Latief menuturkan, arah gerak dan pijakan gerakan Muhammadiyah harus merujuk pada Tanfidz Muktamar Muhammadiyah, termasuk dalam gerakan Kemanusiaan Universal.
Tentang gerakan kemanusiaan universal, Hilman menawarkan, aksentuasi gerakan Kemanusiaan Universal Muhammadiyah dapat dilengkapi dengan landasan teologis dalam Surat Al Balad, yakni ayat 11 sampai 20.
Merujuk pada Tanfidz Muktamar ke-48 Muhammadiyah tahun 2022, di bab terakhir gerakan kemanusiaan universal dibahas, dengan empat garis bahasan. Empat garis bahasan kemanusiaan universal tersebut meliputi membangun tata dunia yang damai dan berkeadilan, regulasi dampak perubahan iklim, mengatasi kesenjangan antar negara dan menguatnya xenophobia.
Setelah menggali dari berbagai sumber, Hilman menemukan fakta ternyata Islam memiliki perhatian besar terhadap kemanusiaan. Pandangan Islam tentang kemanusiaan ini berbeda dengan pandangan kelompok sekuler.
“Islam begitu memperhatikan masalah kemanusiaan karena memiliki nilai-nilai yang mungkin pandangan sekuler atau pure reasons tidak mencapai itu. Misalnya dalam Islam itu ada istilah nafs,” ungkap Hilman pada Rabu (20/3/2024) dalam Pengkajian Ramadan 1445 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
Dalam konteks kemanusiaan universal, Hilman menjelaskan, garis-garis gerakan yang diletakkan oleh Muhammadiyah memiliki relasi yang jelas dengan Alquran. Dia mencontohkan seperti konsep adil, perdamaian, kesejahteraan, dan seterusnya.
Namun, Guru Besar Filantropi Islam ini memandang bahwa teologi Al Ma’un belum cukup. Menurutnya teologi Al Ma’un mungkin cocok pada periode satu abad pertama Muhammadiyah, akan tetapi dalam konteks gerakan Kemanusiaan Universal teologi tersebut perlu diperkuat lagi dengan yang lain.
Hilman menawarkan, aksentuasi gerakan Kemanusiaan Universal Muhammadiyah dapat dilengkapi dengan landasan teologis dalam Surat Al Balad. Surat Al Balad ayat 11 sampai 20, kata Hilman, dapat dijadikan landasan dalam melewati jalan terjal krisis kemanusiaan.
“Mungkin tidak langsung terkait dengan humanisme, humanitarianisme. Tapi ‘Aqabah dalam beberapa kitab tafsir sebagai jalan yang terjal dan tidak mudah melewatinya,” katanya.
Surat tersebut menyebutkan, bahwa jalan terjal itu adalah pembebasan budak, memberi bantuan makan saat krisis pangan, memberi kenyamanan bagi anak-anak yatim yang tidak mendapat pengamanan dari keluarga, dan membantu orang yang didera kemiskinan dahsyat.
Jika berhasil melewati jalan terjal sebagaimana disebutkan dalam Al Balad itu, maka sama dengan pencapaian atas cita-cita Sustainable Development Goal’s (SDGS). Dengan demikian, untuk gerakan Kemanusiaan Universal tidak cukup dengan dakwah kultural, sebab di dalamnya juga beririsan dengan struktural dan natural. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News