Kepribadian Muhammadiyah Menjaga Fleksibilitas Relasinya dengan Pemerintah
Ketua PP Muhammadiyah Agung Danarto.

Dalam situasi yang diprediksi akan memunculkan konflik, ketidaknyamanan, dan disharmoni, oleh Muhammadiyah harus dihindari dan diselesaikan. Sebab itu tidak sesuai dengan Kepribadian Muhammadiyah.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agung Danarto dalam Pengajian Ramadan 1445 H yang digelar oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Rabu (20/3/2024).

Merujuk Kepribadian Muhammadiyah, menurut Agung, Muhammadiyah itu beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan umat, bukan malah sebaliknya. Maka Muhammadiyah harus menghindari laku yang akan melahirkan konflik dan disharmoni.

Kepribadian Muhammadiyah ini dicetuskan pada 1962 pada Muktamar setengah abad. Konteks yang melingkupinya waktu itu adalah setelah lahirnya Dekrit Presiden 1959, tentang gagalnya kesepakatan konstituante untuk penggunaan Undang-Undang dan sepakat kembali menggunakan UUD ‘45.

“Walaupun dalam praktiknya adalah demokrasi terpimpin di mana porosnya adalah Nasakom – nasionalis, agama, dan komunis,” ungkap Agung.

Selain itu latar konteks yang kedua adalah pembubaran atau bubarnya Partai Masyumi pada 1960. Padahal saat itu Masyumi adalah kanal politik warga Muhammadiyah. Setelah bubar, aktivis Masyumi kembali ke Muhammadiyah dan pada Muktamar setengah abad Muhammadiyah menyatakan jati diri.

Agung berpendapat, dirumuskannya Kepribadian Muhammadiyah itu sebagai cara untuk menyikapi dinamika politik dalam negeri. Maka Kepribadian Muhammadiyah itu dikonstruksi sebagai acuan yang fleksibel. Fleksibilitas itu untuk menjembatani relasi yang dibangun antara Muhammadiyah dengan pemerintah.

“Putusan Kepribadian Muhammadiyah itu yang di dalamnya ada sifat Muhammadiyah menunjukkan bahwa Muhammadiyah itu ternyata akomodatif dengan pemerintah,” tutur Agung.

Fleksibilitas relasi yang dibangun oleh Muhammadiyah dengan pemerintah waktu itu menjadikan Muhammadiyah masih bisa eksis sampai saat ini. Fleksibilitas ini tidak berarti Muhammadiyah lembek, melainkan sikap jelas yang dimiliki oleh Muhammadiyah tidak selalu setuju, tapi juga ada kritik yang disampaikan. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini