Menjawab perubahan zaman yang semakin kompleks, Muhammadiyah perlu memperkuat basis jamaah digital.
Muhammadiyah juga perlu memastikan relevansinya dalam memimpin umat Islam dalam menghadapi tantangan zaman.
Di mana salah satu tantangan zaman adalah berubahnya pola dakwah dari majelis offline ke online atau digital.
Menurut Oki Setiana Dewi, seorang penulis, pendakwah, presenter, sekaligus produser film, tanpa ada usaha merawat dan membangun jemaah, Islam tidak mungkin akan mengalami pertumbuhan.
“Muhammadiyah perlu menyentuh pada komunitas marginal, virtual, dan digital,” kata dia dalam Pengkajian Ramadan 1445 H PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Selasa (19/3/2024).
Oki lalu menjelaskan, fenomena yang muncul generasi saat ini mengenal Islam melalui platform media sosial, bukan melalui ruang-ruang dakwah.
“Platform media sosial saat ini menjadi rujukan utama untuk belajar mengenai Islam,” sebut dia.
Oki lalu menyarankan agar Muhammadiyah mengubah strategi dakwah dengan menggunakan platform digital.
Konsep dakwah kultural dilakukan dengan mengemasnya menjadi tontonan yang menarik dan mudah dipahami.
“Kita bisa menyediakan kebutuhan praktis yang dibutuhkan masyarakat muslim di dunia digital. Mulai dari masalah keislaman sehari-sehari dari bangun tidur sampai bangun lagi,” terang Oki.
Baca juga: Memahami Dakwah Kultural dalam Syair dan Lagu
Selain itu, Muhammadiyah juga penting untuk menyasar para seniman. Pelaku seni memiliki kelebihan untuk mengemas dakwah menjadi jauh lebih mudah dimengerti oleh masyarakat, sehingga dapat memperluas gaung dakwah kultural Muhammadiyah. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News