Keberhasilan membunuh tukang sihirnya membuat Fir’aun percaya diri sehingga bersikukuh mengaku dirinya sebagai tuhan. Al-Qur’an merekam hal itu sebagaimana firman-Nya:
فَقَا لَ اَنَاۡ رَبُّكُمُ الْاَ عْلٰى
“(Seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (QS. An-Nazi’at : 24)
Pengakuan Fir’aun sebagai tuhan inilah yang menunjukkan puncak kesombongan. Dia merasa dirinya penguasa paling kuat dan tak tertandingi.
Ketika Fir’aun berharap tukang sihirnya bisa mempermalukan Nabi Musa, namun yang terjadi sebaliknya tukang sihirnya justru beriman kepada Nabi Musa.
Hidayah yang mengalir pada hati tukang sihir bukan membuat Fir’aun mendapat petunjuk tetapi justru melecut amarahnya hingga menghukum tukang sihirnya. Tukang sihirnya disalip dan memotong tangan- kakinya secara silang.
Inilah kekejaman Fir’an yang secara kejam membunuh siapa saja yang berpotensi kuat meruntuhkan kekuasaannya.
Kekejaman Fir’aun ini dibalas Allah dengan hukuman yang amat berat, yakni hukuman kontan di dunia, di alam kubur, hingga ketika di akherat. Hal ini termaktub sebagaimana firman-Nya :
فَاَ خَذَهُ اللّٰهُ نَكَا لَ الْاٰ خِرَةِ وَا لْاُ وْلٰى
“Maka Allah menghukumnya dengan azab di akhirat dan siksaan di dunia.” (QS. An-Nazi’at 79: 25)
Fir’aun pantas mendapatkan hukukam super berat. Karena kejahatannya ekstra kejam, dan tak pernah dilakukan manusia sepanjang sejarah.
Oleh karenanya Alquran menggambarkan hukuman yang diberikan kepadanya sangat berat dan menghinakan hingga dimasukkan dalam neraka bersama pengikutnya. Hal ini Allah paparkan sebagaimana firman-Nya:
يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَّعَشِيًّا ۚ وَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّا عَةُ ۗ اَدْخِلُوْۤا اٰلَ فِرْعَوْنَ اَشَدَّ الْعَذَا بِ
“Kepada mereka diperlihatkan neraka, pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Lalu kepada malaikat diperintahkan), “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras!” (QS. Ghafir : 46)