UM Surabaya

***

Lalu, kenapa menggunakan azan tanpa nada?

KW mengungkapkan ada cerita tersendiri. Di masa masa mudanya. Saat dia tinggal di Pulau Dewata, sekira tahun 1986. Tepatnya di sebuah kampung yang masuk wilayah Kecamatan Negara, Bali.

KW sering berkegiatan di surau di kampungnya itu. Dari aktivitas ibadah maupun kegiatan sosial. Bersama teman-temannya, KW ikut ber-fastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan.

Menjadi muazin di surau adalah sebuah ‘kemewahan’ bagi KW dan kawan-kawannya. Karenanya, mereka selalu berebut untuk datang ke masjid lebih dulu agar bisa mendapat kesempatan azan.

“Teman-teman saya itu suaranya bagus-bagus. Nadanya juga enak didengar. Saya sendiri suaranya gak bagus, napasnya juga gak panjang,” tutur KW mengenang.

KW lalu berpikir untuk tampil beda dengan teman-temannya. Dia lalu menemukan ide untuk menggunakan azan tanpa nada.

“Lempeng-lempeng saja begitu asal bacaannya jelas,” cetus dia yang sejak kecil hingga lulus SMP menjadi santri di Pondok Pesantren Darussalam Pengambengan Negara Bali pimpinan Ustaz Sya’rani Yasin ini.

Suatu ketika di kampungnya ada lomba azan. KW memberanikan diri mengikuti lomba tersebut. Dia tampil dengan karakternya sendiri.

Bagaimana dengan respons audiens? KW mengaku ditertawakan. Bahkan tak sedikit yang mencibir. Azan yang dikumandangkan KW dianggap aneh alias tidak umum.

Hasilnya, KW hanya bertahan di babak penyisihan saja dalam lomba azan itu. KW tak berkecil hati, dia tetap pede dengan ‘gayanya’ itu.

Tahun 1991, KW ikut lomba azan lagi. Kali ini di Pondok Pesantren Salafiyah Safi’yah Sukorejo Situbondo Pimpinan KHR Achmad Fawaid As’ad. Jumah pesertanya lebih banyak dibandingkan lomba azan di Bali.

KW menjadi salah seorang Ikatan Santri dan Alumni Salafiyah Safi’yyah se-Rayon (IKSASS) Bali yang ikut lomba azan tersebut.

KW super percaya diri. Dia azan di hadapan ribuan santri di pondok tersebut. Lantas, bagaimana respons penontonnya?

“Waktu itu malah lebih heboh. Saya diteriaki karena mengumandangkan azan tanpa nada,” katanya

“Ada yang teriak turun..turun…., ada juga yang mbengok, “Azan nang kuburan iku..,” timpal KW, lalu tersenyum.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini