Di sinilah situasi keburukan yang menyebar luas, dan butuh waktu, serta perjuangan yang gigih untuk memulihkannya kembali.
Bahkan yang sering, kondisi justru lebih buruk dan sulit diperbaiki, sehingga Allah pun menurunkan siksa atas kerusakan yang tersebar luas.
Hal ini dinarasikan Alquran sebagai berikut:
اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ لَهُمْ سُوْٓءُ الْعَذَا بِ وَهُمْ فِى الْاٰ خِرَةِ هُمُ الْاَ خْسَرُوْنَ
“Mereka itulah orang-orang yang akan mendapat siksaan buruk (di dunia) dan mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling rugi.” (QS. An-Naml : 5)
Abu Jahal merupakan contoh manusia yang tak percaya akhirat sehingga menolak apa pun argumentasi yang disampaikan nabi.
Akhir kehidupan Abu Jahal sangat tragis, di mana dia terbunuh di Perang Badar dalam keadaan terhina dan di akhirat akan menjadi manusia paling rugi.
Terpesona Kemaksiatan
Para pendosa leluasa melakukan perbuatan menyimpang tidak lepas dari anggapan bahwa perbuatan buruk terlihat baik dan memesona.
Alquran menunjukkan masyarakat yang hidup makmur, dan hidup berkecukupan. Mereka dipimpin seorang perempuan bernama Bilqis. Dia memiliki istana yang agung, sehingga rakyatnya sangat menghormati dan tunduk atas segala perintahnya.
Penghormatan dan ketundukan itu ditunjukkan oleh ajakannya menyembah matahari. Mereka memandang bahwa menyembah matahari merupakan perbuatan baik, dan setan pun mempengaruhi mereka sehingga memperindah perbuatan itu.