Hal ini diabadikan Alquran sebagaimana firman-Nya :
وَجَدْتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُوْنَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ اَعْمَا لَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُوْنَ
“Aku (burung Hud-hud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk,” (QS. An-Naml : 24)
Dengan berbuat buruk itu, maka sulit menemukan jalan yang benar, seolah ada halangan untuk mengembalikan ke jalan yang benar.
Perbuatan buruk yang dianggap baik juga terlihat kaum Sodom. Kaum Nabi Luth ini melakukan persetubuhan terhadap sesama jenis.
Mereka memandang bahwa perbuatan keji ini dipandang baik. Mereka melampiaskan hasratsaja tanpa mengetahui dampak buruk atas perbuatannya.
Hal ini dipaparkan Alquran sebagaimana firman-Nya:
اَئِنَّكُمْ لَـتَأْتُوْنَ الرِّجَا لَ شَهْوَةً مِّنْ دُوْنِ النِّسَآءِ ۗ بَلْ اَنْـتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ
“Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) syahwat(mu), bukan (mendatangi) perempuan? Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).” (QS. An-Naml : 55)
Bukti bahwa mereka memandang perbuatan menyetubuhi sesama jenis sebagai perbuatan baik, ketika mereka merasa gerah dan marah di saat Nabi Luth datang dan menasihatinya. Bahkan Nabi Luth dituduh sebagai manusia yang sok suci.
Hal ini dijelaskan oleh Alquran sebagaimana firman-Nya:
فَمَا كَا نَ جَوَا بَ قَوْمِهٖۤ اِلَّاۤ اَنْ قَا لُـوْۤا اَخْرِجُوْۤا اٰلَ لُوْطٍ مِّنْ قَرْيَتِكُمْ ۚ اِنَّهُمْ اُنَا سٌ يَّتَطَهَّرُوْنَ
“Jawaban kaumnya tidak lain hanya dengan mengatakan, “Usirlah Luth dan keluarganya dari negerimu; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (menganggap dirinya) suci.” (QS. An-Naml : 56)