Namun demikian, Nabi Adam menerima konsekuensi atas apa yang telah diperbuatnya dengan sabar.
Nabi Adam bertobat kepada Allah SWT. Ia tidak mengadu atau mengeluh kepada Allah atas godaan setan.
Meskipun Allah SWT juga mengetahui bahwa kesalahan Nabi Adam tersebut adalah akibat provokasi setan, namun Nabi Adam tidak mencari kambing hitam atau bahkan dendam sepertinya halnya iblis yang dendam kepada anak cucu Adam.
Allah SWT telah memberikan peringatan kepada anak cucu Adam tentang bujukan seitan yang dapat menyesatkan mereka, agar kisah nenek moyang manusia dapat menjadi hikmah dan pelajaran bagi manusia setelahnya.
Itulah yang membedakan antara Iblis dengan Adam. Iblis dendam kepada anak cucu Adam atas kesalahannya dia sendiri. Namun Nabi Adam tidak dendam kepada siapa pun meskipun dia telah digoda sehingga berbuat salah.
Maka mari kita bercermin kepada diri kita, sebenarnya sifat manakah yang kita ikuti? Sifat iblis ataukah sifat Nabi Adam?
Pastinya, sifat murni manusia adalah sifat yang dimiliki oleh Nabi Adam. Jika ada manusia yang memiliki sifat pembangkang, pendendam, mencari kambing hitam, tidak mau mengakui kesalahan dan banyak alasan, maka sesungguhnya itu bukan sifat asli manusia melainkan sifat iblis.
Sifat-sifat demikian hendaknya segera dipadamkan sebelum terlambat sehingga dapat membakar seluruh sifat manusia yang murni.
Meskipun demikian, Iblis masih mengakui kebesaran dan kemuliaan Allah SWT sehingga tidak dapat menggoda anak cucu Adam yang Mukhlis. Namun kita dapat menjumpai manusia-manusia yang lebih sombong dan angkuh dibandingkan dengan iblis, yaitu mereka yang tidak mengakui kebesaran Allah SWT dan berlaku congkak di muka bumi ini.