Mendirikan Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan Padukan Dimensi Agama dengan Sains
Ketua PP Muhammadiyah Saad Ibrahim.
UM Surabaya

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Saad Ibrahim mengatakan sosok Kiai Ahmad Dahlan merupakan sosok yang berusaha menyelesaikan pemahamannya terhadap Al Quran dan As sunnah. Bahkan selama dua periode Kiai Ahmad Dahlan berangkat ke Mekkah untuk pergi haji sekaligus untuk memperdalam pemahamannya terhadap Al Quran dan Hadist.

“Mendirikan organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912 merupakan suatu lompatan pemikiran yang berusaha dibangun oleh Kiai Ahmad Dahlan,” jelas Saad pada Sabtu (23/3/2024) dalam Pengajian Ramadan 1445 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kiai Ahmad Dahlan ketika mendirikan Muhammadiyah basis pemikirannya sudah sangat kuat. Lalu Ia kemudian akhirnya menggunakan ilmu astronomi, ilmu falak atau ilmu hisab, dan menggunakan dimensi saintifik untuk menata kembali arah kiblat dari masjid-masjid yang ada di Kauman.

Berlandaskan itulah, Muhammadiyah hingga saat ini terus merawat kemajuan berfikir yang telah ditanamkan oleh pendirinya. Hingga bahkan saat pandemi covid-19, Robert Hefner peneliti dari Boston University mengatakan bahwa pendidikan yang terbaik adalah pendidikan yang dilakukan oleh Muhammadiyah.

“Apresiasi yang disampaikan Hefner selain sebagai wujud syukur kita, bahwa selama ini pandangan pendidikan Islam yang terbaik itu ya di Timur Tengah,  tapi justru Hefner menyimpulkan Muhammadiyah memiliki pendidikan yang terbaik, argumennya karena Muhammadiyah sudah sejak lama memadukan antara dimensi agama dengan dimensi sains. Atau dengan kata lain memadukan antara nusus dengan berbagai ilmu pengetahuan,” imbuh Saad.

Selain itu, Saad juga menjelaskan bahwa peradaban Islam jika dilihat dari proses turunnya wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW maka pesan yang paling penting yakni pada ayat pertama surat Al Alaq Iqra` bismi rabbikallażī khalaq yang dilakukan pertama itu adalah menyebut nama Allah SWT, baru setelah itu qiraah.

 

“Jadi yang  pertama itu bukan dunia literasinya tapi yang pertama itu memberikan dasar bagi dunia literasi itu dengan menghubungkan kepada Allah SWT,” jelas Saad.

Karena dunia literasi itu sudah muncul jauh sebelum Al Quran diwahyukan. Masyarakat Yunani yang paling dikenal yakni dunia falsafahnya dan itu sangat pesat perkembangannya.

“Sekalipun dunia Yunani itu menghasilkan dunia literasi yang sangat dahsyat, tetapi sisi teologisnya itu tidak ada, maka kemudian Islam datang dengan wahyu yang pertama itu justru bukan mengenai salat, bukan mengenai puasa dan sebagainya, tetapi mengenai dunia literasi dan itu berbasis teologis,” ujar Saad. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini