Level Puasa Paling Tinggi
foto: ap photo/fareed khan
UM Surabaya

Puasa bagi kebanyakan orang tak lebih dari sekadar menahan diri dari makan dan minum semata. Inilah puasa orang level awam.

Namun bagi orang yang level tinggi, puasa yang sesungguhnya lebih dari itu, yaitu menahan seluruh anggota tubuh dari dosa dan kemaksiatan.

عن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ليس الصيام من الأكل والشرب، إنما الصيام من اللغو والرفث.

“Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: “Bukanlah puasa itu dari makan dan minum, tetapi puasa sesungguhnya adalah menahan diri dari ucapan kotor dan sia-sia.”
(HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan dishahihkan Al Hakim dan al Albani dalam Shahih Targhib wa Tarhib: 1082)

قَالَ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ : إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُكَ ، وَبَصَرُكَ ، وَلِسَانُكَ عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَحَارِمِ ، وَدَعْ أَذَى الْخَادِمِ ، وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ يَوْمَ صِيَامِكَ ، وَلَا تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ وَصَوْمِكَ سَوَاءً

“Sahabat Jabir bin Abdillah berkata: “Jika engkau berpuasa, maka berpuasalah pendengaranmu dan pandanganmu serta lisanmu dari dusta dan dosa. Janganlah menyakiti pembantu. Hendaknya dirimu tenang dan berwibawa saat puasa. Dan jangan jadikan hari puasamu dan hari tidak puasamu sama saja.” (Al Mushonnaf karya Ibnu Abi Syaibah: 8973)

Orang berpuasa yang sebenarnya adalah seorang yang menahan anggota badannya dari segala dosa, lidahnya dari dusta, perutnya dari makanan dan minuman, farjinya dari jima.

Kalau dia berbicara, dia tidak mengeluarkan kata yang menodai puasanya.
Kalau dia berbuat, dia tidak melakukan hal yang dapat merusak puasanya, sehingga ucapannya yang keluar adalah bermanfaat dan baik.

Demikian pula amal perbuatannya, dia ibarat wewangian yang dicium baunya oleh kawan duduknya.

Seperti itu juga orang yang berpuasa, kawan duduknya mengambil manfaat dan merasa aman dari kedustaan, kemaksiatan, dan kezalimannya.

Inilah hakikat puasa sebenarnya, bukan hanya sekadar menahan diri dari makanan dan minuman”. (Al-Waabil as-Shayyib wa Rafiul Kalim Thayyib hal. 57). (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini