Thaif merupakan komunitas bersejarah bagi Nabi Muhammad saw. Dikatakan bersejarah karena nabi mengalami perlawanan total atas dakwahnya.
Peristiwa ini terjadi setelah kaum Quraisy menolak secara masif dan sistematis.
Alih-alih mendapat sambutan dari penduduk Thaif, nabi justru dilempari batu hingga berdarah-darah.
Namun berkat doa nabi, Thaif menjadi kaum yang membela nabi dalam perang Hunain secara totalitas.
Dakwah Antiklimaks
Thaif merupakan komunitas harapan nabi dalam menyebarkan dakwah Islam, setelah ditolak oleh komunitas Quraisy.
Penolakan total kaum Quraisy terhadap dakwah nabi, namun beliau tetap berdakwah di sana.
Hal ini berdasarkan dua hal. Pertama, adanya Abu Thalib. Beliau merupakan paman Nabi yang sangat disegani kaum Quraisy sehingga nabi tak tersentuh gangguan.
Abu Thalib melindungi nabi secara total meski pun orang Quraisy berusaha untuk menghadang nabi dengan ocehan atau ancaman pembunuhan.
Meski tidak memeluk Islam, keberadaan Abu Thalib sangat berarti bagi nabi.
Kedua, eksistensi Khadijah. Beliau merupakan sosok perempuan kaya yang menopang nabi. Perempuan istimewa ini sangat gigih dalam menopang jiwa nabi sehingga dakwah berjalan di tengah penghadangan.
Harta kekayaan Khadijah dipergunakan untuk menopang dakwah nabi. Demikian gigihnya dalam menopang dakwah nabi secara all out hingga Allah memberi salam dan menyiapkan surga baginya.
Setelah Abu Thalib dan Khadijah meninggal, maka gangguan kaum Quraisy semakin gencar dan massif, sehingga nabi memutuskan pergi ke Thaif untuk meneruskan dakwah.
Thaif dan Perlawanan Dakwah
Setelah Abu Thakib dan Khadijah meninggal, harapan nabi untuk menyebarkan dakwah mengalami hambatan signifikan dan cukup berat.
Orang Quraisy pun semakin gencar dan berani melawan dakwah hingga meneror dan membunuh sahabat-sahabat yang lemah.
Berdasarkan hal itu, nabi pun memutuskan pergi ke Thaif untuk berdakwah.
Berangkat ke Thaif bersama Zaid bin Haritsah, nabi mengalami peristiwa cukup tragis. Beliau mengalami perlawanan hebat. Alih-alih berdakwah, nabi justru dilempari batu.
Setelah dilempari batu, nabi pun meninggalkan Thaif, hingga berhenti di sebuah kebun milik Utbah bin Rabiah dan Syaibah bin Rabiah.
Utbah bin Rabiah menyuruh pembantunya, Adas bin Nun, untuk memberi minuman dan makanan anggur.
Pada saat akan menikmati makanan itu nabi mengucapkan Bismillah, Adas mendengar halitu dan berkata: “Itu adalah kalimat yang baik yang belum pernah aku dengar.
Nabi pun bertanya, dari mana asalnya. Setelah dijawab dari Linawa, maka nabi mengatakan bahwa dirinya mempunyai saudara di sana, namanya Yunus bin Matta.”
Berkaitan berhenti di kebun milik Utbah, mengingatkan adanya petunjuk yang sudah masuk ke hati Utbah.
Utbah merupakan manusia hebat dan cerdas yang disegani di kalangan bangsa Quraisy.
Dalam hatinya ada petunjuk Islam. Namun karena kesukuannya, membuat dirinya tidak memeluk Islam.
Utbah mati di perang Badar. Dialah yang sempat mengajak pasukan Badar untuk pulang dan tak perlu perang karena dapat kabar Abu Sufyan sudah lolos dari kepungan pasukan Muhammad.
Namun Abu Jahal berhasil mempengaruhinya sehingga pasukan tetap ke Badar memerangi nabi.
Utbah juga pernah diutus kepada Nabi Muhammad untuk menghentikan dakwahnya.
Utbah menawari perempuan, harta, kekuasaan, dan tabib. Namun upayanya gagal dan tak berhasil meruntuhkan argumen nabi kepada Utbah.
Nabi membacakan ayat yang mengancam siapa pun yang datang menghambat dakwahnya.
Nabi pun meyakinkan bahwa dirinya berdakwah untuk mengajak tauhid, bukan untuk mengumpulkan dunia dan kekuasaan.
Setelah keluar Thaif, nabi didatangi dua malaikat untuk menumpahkan dua gunung kepada penduduk Thaif.
Alih-alih mengiyakan dan meminta keburukan, nabi justru justru mendoakan kebaikan untuk penduduk Thaif.
Pada saat itu nabi mencela dan menyalahkan dirinya karena tidak berhasil mengislamkan penduduk Thaif.
Berkat doa nabi itulah, maka pada saat Abu Bakar memerangi kaum murtadin, sebagian kaum Thaif berniat melawan Nabi.
Maka salah seorang kepala suku Thaif mengatakan. Janganlah kamu menjadi kaum yang paling akhir masuk Islam dan menjadi kaum yang pertama murtad kepada Islam.
Ketika Nabi ditanya Aisyah peristiwa apa yang paling menyakitkan dalam perjuangan dakwah.
Maka nabi menjawab bahwa dakwah di Thaif merupakan peristiwa paling menyakitkan. (*)
Masjidil Haram, 4 Syawal 1444 (24 April 2023)
Penulis: Dr. SLAMET MULIONO REDJOSARI, WakilKeyua majelis Tablig Muhammadiyah Jawa Timur