Kedua, pihak sekolah aktif berdiskusi dengan siswa. Diskusi di kelas adalah kegiatan di mana guru dan siswa bertemu dalam satu ruangan untuk membahas permasalahan yang dihadapi siswa dengan teman-temannya.

“Guru melibatkan semua siswa di kelas, baik yang terlibat masalah maupun yang tidak dalam diskusi ini,” jelas Muhlasin.

Tujuan dari diskusi ini adalah mengajarkan kepada siswa pentingnya menyelesaikan masalah dengan teman secara baik-baik tanpa menggunakan kekerasan atau bullying verbal.

Selain itu, diskusi ini juga membantu guru untuk memahami titik-titik permasalahan yang dihadapi siswa.

Ketiga, melakukan pengawasan. Kegiatan ini dilakukan oleh wali kelas untuk mendampingi siswa dalam setiap kegiatan di dalam dan di luar ruangan.

Misalnya, guru melakukan pengawasan saat siswa makan bersama dan terus mengawasi mereka dari saat datang ke sekolah hingga pulang bersama orang tua mereka.

Guru tidak meninggalkan siswa untuk pergi ke kantor, sehingga mereka selalu ada di dekat siswa. Selain itu, guru juga aktif berinteraksi dengan siswa dan mengajak mereka untuk berkumpul dan berbincang bersama.

Tujuan dari kegiatan ini adalah agar guru dapat mengawasi perilaku siswa selama di kelas dan memantau semua aktivitas siswa dari awal hingga akhir kegiatan.

Keempat, pendekatan akhlak. Selanjutnya adalah sekolah mengintegrasikan pendekatan akhlak ke dalam kegiatan sehari-hari siswa terutama tentang bullying pada siswa SD.

Di awal dan akhir kegiatan belajar mengajar, guru melakukan konseling menyeluruh dengan siswa untuk mengetahui kebutuhan mereka dan memberikan koreksi yang diperlukan.

“Pendekatan akhlak bisa diterapkan setiap saat tanpa bergantung pada mata pelajaran tertentu. Ketika siswa melakukan kesalahan, guru bertanggung jawab untuk memberikan koreksi yang sesuai,” papar dia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini