Kelima, pendekatan akademik. Selain pendekatan akhlak, guru juga menerapkan pendekatan akademik yang masih terkait dengan nilai-nilai akidah dan akhlak.
Namun, pengaruh pendekatan ini terkadang bersifat sementara karena kecenderungan siswa untuk mengulangi kesalahan yang sama secara berulang.
Oleh karena itu, guru menggunakan pendekatan tutor sebaya dalam menangani perilaku bullying pada siswa SD. Siswa yang memiliki perilaku baik dan dewasa dipilih untuk memberikan nasihat kepada teman-temannya yang melakukan perilaku negatif.
Tutor sebaya ini juga membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dengan menggunakan tutor sebaya, guru dapat mengurangi beban mereka, melatih siswa yang menjadi tutor agar lebih mandiri dan bertanggung jawab, serta membantu mereka memahami arti kepemimpinan.
Keenam, mengendalikan sosial emosional anak. Sekolah juga perlu memperhatikan perkembangan sosial dan emosional siswa. Sebelum memulai kegiatan apa pun, penting bagi guru untuk membantu mengendalikan emosi siswa.
“Ketika emosi siswa sudah stabil, mereka lebih mampu mengendalikan perilaku mereka,” cetus Muhlasin.
Tujuan dari pendekatan ini bukan hanya untuk meningkatkan perilaku siswa, tetapi juga untuk membantu mereka memahami tugas-tugas mereka di sekolah dan untuk membentuk kemampuan mereka dalam memaafkan.
Meskipun tidak ada permintaan maaf yang diajukan, siswa diajak untuk memaafkan secara pribadi dalam hati mereka.
Ketujuh, melaporkan kepada orang tua siswa. Sekolah melakukan Home Visit sebagai upaya untuk membangun hubungan komunikasi antara guru dan orang tua siswa.
Kegiatan ini dimulai sejak kelas 1, ketika guru masih belum sepenuhnya mengenal siswa-siswanya.