*) Oleh: Donny Syofyan,
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Bisakah Allah berbicara kepada kita lewat mimpi? Ini pertanyaan yang menarik. Mimpi dikatakan sebagai 1/40 dari kenabian.
Jadi para Nabi mendapat petunjuk dari Allah. Dengan kata lain, Allah berbicara kepada mereka, Allah memberikan perintah dan sebagainya.
Menurut teologi Islam, hal ini bisa terjadi kepada para Nabi, bahkan saat mereka terjaga. Mimpi juga bisa menjadi perantara. Sebagai contoh, diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mengalami mimpi atau tidur.
Kemudian ketika bangun, beliau mulai membaca surah yang sekarang dikenal sebagai Surah Al-Kautsar. Ini surah pendek.
Dalam Alquran sendiri, kita mendapati Nabi Yusuf mengalami mimpi. Alquran merekam: “(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (QS 12: 4).
Nabi Ibrahim juga melihat mimpi. Allah berfirman:
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS 37:102)
Jadi para Nabi mendapat semacam petunjuk dalam mimpi. Dalam budaya Muslim, kita mengenal apa yang disebut salat istikharah, yaitu salat untuk memohon petunjuk Allah dalam suatu urusan.
Cara yang dianjurkan adalah kita mengerjakan salat sunah dua rakaat, kemudian tidur. Kita berharap sepanjang malam, pikiran kita menjadi lebih jernih, entah karena mimpi atau hanya karena bertambahnya waktu istirahat.