UM Surabaya

Penuh Tantangan

Bisa dibilang bahwa Austria sebagai salah satu negara di Eropa yang menjadi tempat nyaman bagi seorang Muslim.

Selain karena agama Islam telah diakui secara konstitusi sejak zaman Kerajaan Astro Hungarian, jumlah penganut agama Islam juga meningkat di negara maju tersebut.

Memang sebagian Muslim di Austria adalah imigran dan sebagiannya lagi datang negara-negara mayoritas Islam karena urusan perdagangan.

Bahkan menurut data Vienna Institute Demography pada tahun 2016, jumlah muslim di negara tersebut sekitar 700.000 atau sekitar 8 persen dari jumlah populasi.

Oleh karena itu, sebenarnya dalam konteks kebebasan dalam beragama, umat Islam yang tinggal di negara tersebut bisa hidup dengan lebih nyaman. Makanan halal dan masjid sangat banyak.

Meskipun demikian, mereka juga tetap memiliki tantangan. Untuk menjelaskan tantangannya, saya mencoba mencari sumber dari jurnal ilmiah. Karena saya tidak pernah tinggal lama di negara tersebut.

Meskipun sumber ilmiah dari riset memberikan informasi yang lebih akurat, namun sains tetaplah tidak sempurna. Sehingga validitas dan kebenarannya terbuka untuk diuji.

Riset yang dilakukan oleh Sing (2015) menemukan bahwa di sekolah, ikatan sosial anak-anak Muslim lebih kuat dari non-Muslim.

Mereka saling menolong satu sama lain seperti saudara. Selain itu anak-anak muslim tersebut juga membuka diri untuk berteman dengan mereka yang baragama lain, namun pertemanan mereka lebih kuat dengan sesama muslim.

Pola ini jika tidak terkelola dengan baik, akan menciptakan gap antara pemeluk Islam dengan agama lain di negara tersebut.

Sedangkan dalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa sebagian guru terkadang masih menganggap agama Islam tidak sepenuhnya dapat terintegrasikan dalam kehidupan.

Islam di Austria dan Jejak Kerajaan Astro Hungarian
Penulis bersama keluarga di depan Islamic Centre. foto: dok/pri

Anggapan tersebut mengacu pada sebagian orang tua yang tidak mengizinkan anaknya untuk ikut kegiatan olahraga seperti berenang, menari, tur sekolah, dan mereka memakai hijab.

Tentu anggapan ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar, karena seolah melihat pemeluk Islam sebagai minoritas harus menerima budaya dominan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini