Isu lainya adalah streotype terhadap para orang tua yang beragama Islam. Guru terkadang menilai orang tua dari kalangan Islam memiliki persoalan dalam kerja sama dan komunikasi.
Para orang tua tersebut terkadang dianggap terbelakang, acuh tak acuh, para Ibu dianggap lemah dan tertindas.
Tampaknya, apa yang terjadi di Austria, sama seperti di negara Eropa lainnya. Wanita muslim sering menjadi focus perdebatan soal kebebasan dalam beragama dan nilai-nilai demokrasi di negara barat.
Misalkan pelarangan penggunaan burqa atau cadar yang menutup wajah (The Anti-Face Veiling Act) di area public pada tahun 2017.
Bahkan pada tahun 2018 dan 2019, jilbab dilarang untuk kindegarteen dan sekolah dasar.
Penelitian lain oleh Hafez (2022), dan Sezgin (2019) menjelaskan bahwa tantangan komunitas Muslim adalah isu politik.
Karena diskursus anti-Islam yang berkembang yang dikembangkan oleh kelompok sayap kanan dan diadopsi oleh partai politik, negara tersebut pada tahun 2015 sempat mengesahkan undang-undang yang berusaha mengendalikan komunitas Islam.
Bahkan partai konservatif pada tahun 2017 menyebut politik Islam sebagai kombinasi agama radikal dan politik yang ekstrem dan melahirkan terorisme. Mereka menyebut politik Islam tidak punya tempat di negara tersebut.
Selain itu, undang-undang tahun 2015 di negara tersebut memberikan larangan bantuan pendanaan dari negara luar seperti Turki dan Arab Saudi.
Misalkan, sebelumnya bantuan dana dari Arab Saudi diperuntukkan untuk pembangunan masjid dan operasional sekolah. Sehingga persoalan-persoalan ini membuat tantangan Muslim semakin kuat.
Oleh karena itu, berbagai persoalan tersebut menjadi sumber motivasi bagi muslim untuk menaikkan kualitas dan men-counter isu-isu yang kurang valid mengenai ajaran Islam.
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di dunia perlu mendorong dan menggalakkan dakwah Islam yang berkemajuan di negara-negara yang mana Islam menjadi minoritas dan memiliki tantang yang sulit. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News