*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Alquran memberi petunjuk kepada kaum muslimin untuk menggunakan akalnya guna merenungkan secara mendalam akhir kehidupan manusia yang berorientasi dunia.
Ketika berorientasi dunia, maka hidupnya akan berhasil dan berujung pada hidup mewah dan bermegah-megahan.
Kemewahan hidup inilah yang membuatnya merasa cukup. Mereka tanpa perlu lagi norma lain untuk mengatur dirinya. Dengan kekayaannya, mereka tenggelam dalam kemaksiatan.
Di saat kemaksiatan tersebar secara terbuka, dan lalai terhadap peringatan rasul itu, maka Allah mengirim azab dari langit untuk mengakhiri hidup para pendosa.
Ramadan merupakan momentum yang tepat untuk merenungkan dan mengasah kepekaan sosial, sehingga bisa merenungkan kembali tujuan hidup dengan mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhkan diri dari berbagai kemaksiatan di dunia.
Kesombongan dan Kemewahan
Orientasi kepada dunia mendorong manusia untuk mengejar dan mengumpulkan harta kekayaan. Sebagai Maha Pencipta dan Maha Bijaksana, Allah mengapresiasi hasil kerja siapa pun yang bekerja ketas dengan memberikan harta kekayaan yang melimpah.
Dengan banyaknya harta kekayaan, manusia bukan mengingat kebesaran Allah, tetapi justru melalaikan-Nya. Mereka justru hidup bermega-megahan dalam kemewahan.
Mereka merasa tujuan hidupnya tercapai. Di puncak kemewahan itu datang ajaran yang mengajaknya untuk mengingat akhirat dengan mempergunakan harta kekayaannya secara ketentuan Sang Pemberi rezeki.
Alih-alih percaya, para pemuka yang kaya raya dan hidup mewah ini justru menolak secara kolektif. Kemapanan hidup mereka merasa terusik ketika diajak untuk mengingat akhirat dan menghentikan perilaku menyimpangnya.