Azab yang mereka terima tidak lepas dari pendustaan terhadap rasul. Rasul mengingatkan kepada mereka untuk menghentikan perilaku menyimpang mereka.
Salah satu bentuk penyimpangan itu bekerja tanpa mengenal waktu. Seluruh waktunya dihabiskan untuk menumpuk dan memperbesar kekayaan.
Penghalalan segala cara dilakukan hingga tanpa sadar melakukan penyimpangan. Tersebarnya penyimpangan itu tidak berhenti ketika datang peringatan dari rasul.
Mereka bukan hanya tidak menghentikan perilaku menyimpang tetapi juga tidak berhenti memusuhi ajaran rasul. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya:
أَوَلَمْ يَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَيَنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۚ كَانُوٓا۟ أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَأَثَارُوا۟ ٱلْأَرْضَ وَعَمَرُوهَآ أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا وَجَآءَتْهُمْ رُسُلُهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ ۖ فَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِن كَانُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka (sendiri) dan mereka telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya melebihi apa yang telah mereka makmurkan. Para rasul telah datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang jelas. Allah sama sekali tidak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi dirinya sendiri.” (QS. Ar-Rum : 9)
Allah menjelaskan bahwa perbuatan zalim itu telah mendatangkan musibah besar yang menimpa para pendosa dan siapa pun membiarkan kezaliman itu.
Orientasi pada dunia dan melalaikan akhirat, di satu sisi mendatangkan kemakmuran dan kemapanan, tetapi di sisi lain memicu hidup mewah dan bermegah-megahan. Hal ini merupakan penyimpangan karena lalai terhadap kehidupa akherat.
Apa yang menimpa umat terdahulu hendaknya menjadi pelajaran berharga. Para pelaku maksiat terbesar umumnya mereka yang memiliki kekayaan harta dan hidup dalam kemewahan dan kemegahan.