Fenomena alam semacam ini dianggap sebagai manifestasi dari keistimewaan malam tersebut.
Meskipun demikian, para ulama mengingatkan bahwa tanda-tanda alam ini tidak bersifat mutlak.
Ada beberapa pendapat yang mengindikasikan bahwa tanda-tanda tersebut bisa saja terjadi pada malam-malam lainnya atau bahkan tidak terjadi sama sekali.
Ibn al-Munir, sebagaimana disebutkan oleh Ibn Hajar, memberikan contoh bahwa pada masa Nabi Muhammad saw, salah satu tanda Lailatul Qadar adalah turunnya hujan sepanjang malam.
Namun, pada beberapa tahun berikutnya, tidak semua bulan Ramadan ditandai dengan turunnya hujan.
Hal ini menunjukkan bahwa tanda-tanda alam yang dijelaskan dalam hadis-hadis tersebut bisa saja bervariasi dan tidak selalu terjadi setiap tahun.
Oleh karena itu, lebih penting bagi umat Islam untuk terus memperbanyak ibadah dan berdoa pada setiap malam bulan Ramadan, tanpa terpaku pada fenomena alam tertentu.
Keistimewaan Lailatul Qadar tidak hanya tercermin dari tanda-tanda alam, tetapi juga dari keberkahan ibadah dan kekhusyukan dalam berdoa pada malam-malam tersebut.
Amalan pada Lailatul Qadar
Amalan pada Lailatul Qadar adalah bagian penting dari menjalani malam yang penuh berkah tersebut. Berikut adalah beberapa amalan yang dianjurkan:
Pertama, menggiatkan diri untuk beribadah dan beritikaf di masjid. Beritikaf merupakan praktik menetap di masjid dengan tujuan beribadah dan mencari keberkahan pada malam-malam terakhir bulan Ramadan.