Pada umumnya, keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Mereka punya peran masing-masing. Akan tetapi faktanya, tak sedikit keluarga yang salah satu orang tuanya tidak ada.
Kondisi tersebut kemudian menimbulkan ketidakseimbangan keluarga. Dan salah satu dampak kehilangan salah satu pasangan adalah memicu terjadinya stres.
Seseorang yang kehilangan pasangan maka akan menjadi bingung dan gelisah karena harus menghadapi kehidupan baru sebagai single mother (ibu tunggal).
Ditambah lagi dengan maraknya fenomena fatherless atau kondisi ketika seseorang kehilangan peran ayah secara fisik maupun psikis.
Hal ini membuat ibu harus merangkap peran menjadi kepala keluarga. Kondisi itu bisa memicu terjadinya stres pada single mother.
Dwi Nastiti MSi, dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Prodi Psikologi, melakukan riset berjudul “Mengatasi Stres Pada Janda di Kabupaten Sidoarjo.
“Menurut hasil penelitian, single mother di daerah ini mengalami tiga jenis stres, yaitu stressor fisik, psikologi, dan sosial,” katanya, Sabtu (30/3/2024).
Dia melanjutkan, berdasarkan riset ini, single mother mengalami tiga jenis stres tersebut karena beberapa hal, di antaranya:
Pertama, penyebab stres fisik. Yakni, Kelelahan dalam mengurusi rumah tangga dan mencari nafkah, lelah dan mengalami gangguan pencernaan terutama lambung yang ditimbulkan oleh beban pikiran, dan mengurus anak sendirian sampai kewalahan
Kedua, penyebab stres psikologis. Yakni rasa cemas dan iri hati kepada istri-istri yang masih mempunyai suami, mudah bersedih, depresi dan terkadang gelisah memikirkan nasib anaknya, merasa khawatir jika kena PHK di tempat kerjanya, tidak bisa tidur atau insomnia.
“Emosinya juga terkadang tidak stabil karena beban pikiran,” cetus Dwi.
Ketiga, penyebab stres sosial. Yakni, jarang bersosialisasi dan fokus dalam bekerja dan mengurus anak, lebih menarik diri dari lingkungan dan menghindari kehidupan sosial bersama teman-temannya di tempat kerjanya.