*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Al-Qur’an mengabadikan dakwah para rasul berupaya untuk memperbaiki penyimpangan hidup yang dialami kaumnya.
Penyimpangan hidup itu tanpa terasa seperti kehidupan biasa, padahal di dalamnya terdapat banyak pihak mengalami ancaman. Untuk memperbaiki keadaan itu, rasul memperbaiki dari akarnya, yakni dengan mentauhidkan Allah.
Kaum Nabi Syu’aib berperilaku curang dengan mengurangi takaran ketika berjual beli. Nabi Syu’aib pun datang dengan mengajak kepada mereka menyembah kepada Allah sehingga akan mengikis perilaku curang dan tegak keadilan.
Alih-alih mengalami restorasi, para pemuka masyarakat justru melakukan penghadangan untuk mempertahankan perilaku curang.
Alih-alih mematuhi, Nabi Syu’aib justru mengalami ancaman dan pengusiran, sehingga Allah pun mengakhiri kehidupan mereka secara kolektif.
Berbuat Curang
Nabi Syu’aib diutus di tengah masyarakat yang menganggap curang sebagai hal yang biasa.
Dalam berdagang, mereka mengurangi takaran sehingga merugikan orang lain, serta berbuat kerusakan.
Nabi Syu’aib mendatangi mereka dengan mengingatkan adanya hari pertanggung jawaban atas segala perbuatan di dunia. Beliau pun mempersuasi mereka untuk menyembah hanya kepada Allah.
Dengan menyembah kepada Allah dan mengakui keagungan-Nya, diharapkan bisa menghentikan perilaku curangnya.