Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat menggelar Pengajian I’tikaf Ramadan Berkemajuan dengan tema ”Refleksi Ramadan dalam Bermuhammadiyah di Jawa Barat”, Sabtu – Ahad (30-31/3/ 2024).
Kegiatan yang diselenggarakan di komplek Masjid Raya Mujahidin, Kota Bandung, ini dihadiri oleh seluruh anggota pleno Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat, Pimpinan Wilayah Aisyiyah, pimpinan Majelis, Lembaga dan Organisasi Otonom, Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah, serta utusan Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah se-Jawa Barat.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat sekaligus Ketua Panitia Steering Committee (SC) Dr Ayi Yunus Rusyana menyampaikan pentingnya acara ini untuk memperkuat silaturahmi, silatulfikri, dan konsolidasi organisasi sambil menginternalisasi nilai-nilai spiritualitas Ramadan.
Tema tersebut dipilih bukan sekadar rangkaian kata, melainkan cerminan dari semangat untuk merefleksikan semua aktivitas para aktivis persyarikatan dan mengintegrasikannya dengan nilai-nilai spiritualitas bulan Ramadan.
“I’tikaf tidak mesti hanya diam dan membaca Al-Quran di masjid. Namun, lebih diperkuat dengan kajian-kajian terintegrasi antara nilai-nilai spiritualitas Ramadan di dalam Al-Quran dan Al-Sunnah dengan isu-isu krusial di dalam majelis, lembaga, dan ortom persyarikatan. Itulah sesungguhnya yang dimaksud dengan tadarus Al-Quran,” ujar Ayi Yunus.
Refleksi visi dan misi
Sementara itu, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat Prof Dr KH Ahmad Dahlan MAg menegaskan bahwa adanya kegiatan ini membawa tema besar untuk merefleksikan kembali visi dan misi Muhammadiyah Jawa Barat dalam konteks keislaman dan kebangsaan.
“Kita perlu memahami dan mengimplementasikan visi besar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah periode ini, yaitu bermarwah, berkemajuan, dan berkepastian masa depan. Sehingga dikaji dari perspektif filosofi keagamaan dan kebangsaan serta diturunkan ke dalam isu-isu strategis yang akan dikerjakan oleh semua majelis, lembaga, dan ortom di tingkat Jawa Barat, serta oleh semua Pimpinan Daerah Muhammadiyah,” tutur Prof Ahmad Dahlan.