Ini Syarat-Syarat Memakmurkan Masjid dan Memimpin Persyarikatan
Ahmad Jufri Ubaid. foto: dok/pri

Suatu hari, beberapa pemuda yang usianya hampir sebaya , mendatangi Nabi Muhammad. Mereka sangat berhasrat belajar Islam langsung dari nabi. Waktunya kurang lebih 20 malam.

Selama itu, nabi mengajari mereka tata cara bersuci, tata cara salat termasuk di dalamnya mereka diajari cara azan yang benar.

Lalu nabi bertanya kepada mereka bagaimana kabar keluarganya masing-masing.

Nabi juga berpesan kepada mereka apabila mereka nanti pulang hendaklah mengajarkan kepada masyarakat muslim sebagaimana mereka belajar kepada nabi.

Nabi berkata, apabila sudah masuk waktu salat hendaklah salah satu di antara kalian azan, dan hendaklah yang paling tua di antara kalian menjadi imam buat mereka.

Tentunya hal itu dengan pertimbangan bahwa mereka sama-sama memiliki kemampuan yang sama dalam bacaan Alquran dan sama-sama alim dan paham mengenai sunah.

Ada suatu hadis yang perlu kita perhatikan dengan baik:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانُوا ثَلَاثَةً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَحَدُهُمْ وَأَحَقُّهُمْ بِالْإِمَامَةِ أَقْرَؤُهُمْ رواه مسلم

Dari Abu Said Al Khudri katanya; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seseorang bertiga, hendaklah salah seorang di antara mereka menjadi imam, dan yang paling berhak menjadi imam adalah yang paling baik bacaan Alqurannya.” (HR.Muslim. 1077)

Apabila kita menginginkan bagaimana masjid kita menjadi makmur, jamaahnya ramai, hingga masjidnya tidak lagi bisa menampung jamaah, maka tentunya hal ini tidak bisa asal-asalan dalam mengelolanya.

Segenap takmir harus serius dan profesional dalam mengelolanya. Hal yang harus diperhatikan adalah muazin, pastikan yang diberi mandat adalah orang yang fasih pelafalannya dan bagus suaranya, serta lantang suaranya.

Sebagaimana nabi menunjuk Bilal bin Rabah, Abu Mahdzurah yakni Aus bin Mughirah, Abdullah bin Ummi Maktoum. Dampak dari muazin yang bagus itu maka masyarakat merindukan datangnya suara itu dan sekaligus mereka ingin memenuhi seruan dalam adzan itu.

Maka, apabila asal-asalan dalam memilih muazin, maka akan kurang greget untuk memenuhi panggilan azan itu. Terutama yang sudah akut malasnya malah akan lebih memperparah sampai pada stadium 4.

Setelah muazin sudah dipilihkan yang bagus, maka langkah berikutnya yang harus diperhatikan adalah imam. Pastikan imam salat pada suatu masjid adalah orang yang punya kompetensi untuk menjadi imam.

Pastikan ia adalah tidak cacat moral, tampilannya menarik, memiliki sopan santun, rapi, dan bacaan Alqurannnya bagus. Syukur-syukur kalau ia banyak hapalan, mutqin, serta memahami makna di balik lafaz tersebut.

Dan unsur penunjang kemakmuran masjid lainnya adalah tentang kebersihan dalam masjid nan sejuk dan lingkungan sekitar masjid bersih dan tertata indah sound system-nya nyaman nyaman untuk didengar dan tidak krodit, kamar kecilnya bersih dan terawat.

Begitu juga dengan tempat wudunya bersih, airnya jernih, pengurus masjidnya ramah dan lingkungan masjidnya aman.

Berikut yang harus diperhatikan dalam memakmurkan masjid adalah para khatib Jumat, pastikan mereka orang-orang yang punya kompetensi menjadi seorang khatib, menguasai dalil baik dari Alquran dan hadis, ataupun qoul sahabat dan para ulama, pilihan bahasanya menarik untuk didengar dan santun dalam penyampaiannya.

Yang juga menjadi penunjang kemakmuran masjid adalah memilih siapa yang menjadi pemateri kajian rutin, baik kajian pekan atau bulanan.

Maka dari itu, hendaklah takmir, baik yang bagian imarah dan dakwah, menentukan jenis kajiannya dan siapa yang punya kompetensi dalam kajian tersebut.

Misalnya, kajian tentang tauhid, siapakah pematerinya dan apa kitab panduannya. Kajian tentang fiqih ibadah, muamalah, dan jinayah, siapa pematerinya dan apa kitab panduannya.

Kajian adab, siapa pematerinya dan apa kitab panduannya. Begitu juga kajian bulanan pastikan takmir punya gambaran tentang materi apa yang sangat dibutuhkan umat.

Semisal kajian tentang ekonomi Islam, kajian tentang mengelola keluarga yang harmoni, kajian tentang kesehatan, politik, sosial dan budaya. Undang pakar di bidang itu dan lain sebagainya.

Yakinlah bila hal itu diterapkan maka masjid tersebut akan menjadi rujukan umat. Jangan lagi takmir masjid hanya bangga mensyiarkan saldo masjid yang banyak tetapi tidak tersalurkan untuk kemaslahatan umat dan pastikan open management.

Kalau dalam masalah kemakmuran masjid itu harus dikelola secara profesional. Lalu, bagaimana dengam tata kelola suatu persyarikatan dan apalagi persyarikatan Islam?

Apalagi persyarikatan yang berslogan الرجوع إلى كتاب الله وسنة رسول الله (kembali kepada kitab Allah dan sunah Rasulullah), pastikan bahwa pemimpin persyarikatan tersebut baik itu di level ranting, cabang, daerah, wilayah hingga pimpinan pusat.

Mereka adalah orang yang tidak gagap dalam membaca teks-teks Alquran dan hadis dan membacanya dengan fasih dan pemaparan yang luas lugas tegas serta kaya akan literasi.

Hal itu akan menjadi leganya umat dan terutama anggota persyarikatan. Dan tidak ragu lagi dan penuh dengan keyakinan bila bersanding dengan pimpinan persyarikatan yang lainnya.

Dan mereka pasti tidak mencibirnya dan bahkan akan angkat topi bahkan bila perlu akan melakukan standing applause ditambah lagi cium tangan sambal di bolak balik sebagai bentuk tahniah.

Jadilah pemimpin sebagai khadimul ummah (pelayan umat). Semoga bermanfaat.(*)

Penulis: AHMAD JUFRI UBAID SAg, Anggota Majelis Tabligh Muhammadiyah Jawa Timur.

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini