Manfaat Iman
Al-Qur’an memberi ilustrasi sekaligus contoh suatu kaum yang melakukan perlawanan terhadap utusan Allah.
Utusan Allah melarang tradisi penyembahan terhadap patung/berhala. Seorang rasul pun datang untuk mengakhir tradisi penyembahan patung itu.
Namun mereka menolak. Dalam stuasi seperti ini sang rasul mengancam datangnya adzab bila tradisi ini terus berlangsung, dan rasul pun pergi meninggalkan mereka.
Rasul itu diabadikan Al-Qur’an dengan nama Nabi Yunus. Kemarahan Nabi Yunus sehingga meninggalkan kaumnya justru melahirkan kesadaran baru dengan mengakui kesalahannya.
Mereka pun berhenti menyembah berhala itu, dan mengikuti nasehat Nabi Yunus. Mereka pun terselamatkan dari adzab yang sudah akan menimpa mereka. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya:
فَلَوْلَا كَا نَتْ قَرْيَةٌ اٰمَنَتْ فَنَفَعَهَاۤ اِيْمَا نُهَاۤ اِلَّا قَوْمَ يُوْنُسَ ۗ لَمَّاۤ اٰمَنُوْا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَا بَ الْخِزْيِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنٰهُمْ اِلٰى حِيْنٍ
“Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.” (QS. Yunus : 98)
Al-Qur’an menunjukkan bahwa lahirnya kesadaran dengan mengakui kesalahan terhadap tradisi penyembahan berhala, telah mendatangnya keselamatan.
Al-Qur’an memberi contoh kaum Nabi Yunus yang mau menerima ajaran Islam dengan mengimani apa yang disampaikan oleh nabi yang sebelumnya mereka benci.
Allah memperlihatkan ancaman-Nya sehingga membuat kaum Nabi Yunus itu takut kepada-Nya.
Keimanan mereka memberi kesadaran baru dengan mengimani dan membenarkan apa yang disampaikan Nabi Yunus.