Sudah saatnya umat Islam memiliki suatu kalender global Islam yang berlaku secara internasional. Hal ini sangat diperlukan untuk menyelesaikan adanya perbedaan tanggal perayaan Idul Fitri di sejumlah tempat.
Jika ada kalender global Islam, maka umat Muslim di seluruh dunia akan mengetahui kapan waktunya Idulfitri berbulan-bulan sebelumnya.
Misalnya, jika Hari Raya Idulfitri jatuh pada hari Rabu tanggal 3 Mei, maka umat Muslim di Indonesia dan di seluruh dunia akan merayakan pada hari dan tanggal tersebut.
Sehingga, umat muslim di seluruh dunia akan bersama-sama merayakan hari kemenangan, bertakbir bersama, silaturahmi, saling kunjung, pada momen hari dan tanggal yang sama.
Dengan adanya Kalender Global Islam, maka umat Islam memiliki kepastian dan kekompakan dalam merayakan hari besarnya.
Apalagi, kemajuan teknologi dan usia kaum muslimin yang sudah 14 abad sudah cukup menjadi alasan mengapa umat Islam perlu memiliki satu kalender.
Era manusia saat ini telah berhasil menciptakan kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang canggih.
Akan menjadi ironis jika dunia Islam yang sudah berusia lebih 1.500 tahun, ternyata belum mampu menciptakan sistem kalender global bersama.
Secara keilmuan, membuat kalender bersama secara global bagi seluruh umat Islam di muka bumi menurutnya juga lebih mudah.
Sebagaimana jadwal salat di seluruh dunia bisa diketahui dengan akurat hingga ke satuan angka jam, menit, dan detik, bahkan untuk satu bulan ke depan.
Di sisi lain, belum adanya Kalender Islam Global dia anggap membuat kaum muslimin memiliki perasaan campur aduk.
Di satu sisi, ada rasa bangga melihat luasnya toleransi atas perbedaan melaksanakan hari raya. Namun, di sisi lain, ada rasa keprihatinan dengan perbedaan itu.
Kita bangga melihat luasnya toleransi atas perbedaan itu. Tapi sekaligus juga prihatin atas perbedaan waktu tersebut.
Perlukah dan mungkinkah suatu hari kelak umat Islam di seluruh dunia mengembangkan kalender hijriah global, sehingga jauh lebih cepat mengetahui dan bisa bersama di tanggal dan hari yang sama merayakan Idul Fitri? (*)
(Disarikan dari pernyataan Pendiri LSI Denny JA yang dirilis muhammadiyah.or.id)