*) Oleh: Imron Nur Annas, M.H
Anggota Majelis Tabligh PDM Nganjuk
Tujuan dari puasa adalah menciptakan manusia yang bertakwa. Dan kedudukan manusia di sisi Allah diukur dari ketakwaannya. Ramai orang datang untuk melaksanakan salat Idulfitri, apakah orang yang paling mulia itu orang yang berdiri di atas mimbar?
Orang yang duduk di shaf terdepan? Orang yang memakai baju yang paling mahal? Tentu tidak?! Allah berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”. (Q.S. al-Hujurat: 13).
Manusia dianggap mulia bukan karena hartanya, bukan karena jabatannya, bukan pula karena bentuk dan rupanya. Rasulullah bersabda:
إنَّ الله لا ينْظُرُ إِلى أجْسَامِكُمْ ، ولا إِلى صُوَرِكمْ ، وَلَكن ينْظُرُ إلى قُلُوبِكمْ وأعمالكم
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kamu dan tidak melihat kepada bentuk kamu, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan perbuatan kamu”. (HR.Muslim).
Satu bulan penuh seorang hamba ditempa berbagai kebaikan dalam bulan suci Ramadan, untuk membiasakan dirinya untuk beramal agar dapat melaksanakan amalan di bulan-bulan yang akan datang. Pada akhirnya Ia bisa istiqomah hingga tiba kematian.
Imam Ali bin Abi Tholib menggambarkan cerminan hamba yang melaksanakan puasa di bulan Ramadan akan menampakkan empat perilaku di luar bulan Ramadan:
اَلْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ، وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ، وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ، وَالاِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ
Pertama: اَلْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ Takut Kepada Allah.
Rasa takut kepada Allah merupakan salah satu buah dari keimanan yang dimiliki seorang muslim. Pada saat melakukan puasa Ramadan, di tengah siang yang panas dan terik, walaupun Ia memiliki kesempatan untuk melakukan hal yang haram seperti makan atau minum sebelum waktunya, tapi tidak dilakukannya dikarenakan takut kepad Allah.
Seorang hamba yang berpuasa akan menumbuhkan rasa takut selama tiga puluh hari, dengan tujuan agar rasa takut itu bersemayam dan kekal abadi di dalam hati sampai Ramadan yang akan datang.
Nilai-nilai yang telah dilakukan pada bulan Ramaan pada dasarnya sebagai latihan untuk menumbuhkan iman dalam diri seorang muslim, yang diharapkan nantinya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari walapun ramadhan telah meninggalkannya.
Di saat bulan Ramadan tidak boleh makan dan minum, padahal makanan pokok berasal dari hasil yang halal lalu dimasak oleh istri di rumah. Meskipun hakekat makanan dan minuman halal tapi tidak pernah disentuh di siang hari karena perasaan takut pada Allah.
Akan tetapi banyak di antara seorang hamba yang mengalami krisis takut kepada Allah? Jika seorang pemimpin takut kepada Allah maka ia tidak akan menyia-nyiakan amanahnya, tidak akan menzalimi rakyatnya.
Jika suami takut kepada Allah ia tidak akan pernah menelantarkan istri dan anaknya. Ingatlah akan janji Allah untuk orang-orang yang takut kepada-Nya:
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.” (Q.S. ar-Rahman: 46).
Yang dimaksud dua surga di sini menurut Ulama’ ahli tafsir adalah seorang hamba yang memiliki rasa takut kepada Allah ia akan mendapatkan dua kenikmatan yaitu surga dunia dan surga akhirat”.