Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengundang para tokoh dari berbagai agama, Selasa (2/3/2024). Mereka berbuka bersama sekaligus memperkuat tali persaudaraan.
Agenda tersebut bahkan sudah berjalan sejak puluhan tahun lalu saat Abdul Malik Fadjar masih menjadi rektor.
Ketua Kerukunan Umat Beragama Malang Widodo Harsono menjelaskan, UMM merupakan salah satu tempat berkumpul yang nyaman bagi seluruh umat beragama di Kota Malang.
Hal itu tak lepas dari sikap dan upaya UMM untuk menjalin persaudaraan dan menjamu masyarakat yang berlatar belakang suku serta agama yang berbeda.
“Bahkan tradisi buka bersama UMM yang dihadiri ratusan tokoh dari berbagai agama ini sudah dilakukan sejak 42 tahun yang lalu. Jika boleh diibaratkan, UMM ini sudah menjadi rumah karena keramahannya,” kata Widodo.
Hal yang sama juga disampaikan Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PITI) Dr. dr. Sugiharta Tandya, SpPk.
Menurutnya, perbedaan yang dimili umat beragama tidak menghambat tali silaturahmi. Perbedaan seharusnya menjadi fondasi untuk membangun kekayaan budaya, kehidupan spiritual, serta sosial.
Sugiharta mengatakan bahwa momen buka bersama ini mampu membentuk persatuan dan kesatuan masyarakat. Selain itu juga diharapkan bisa menguatkan keharmonisan umat beragama yang ada di Indonesia.
Rektor UMM Prof. Nazaruddin Malik menjelaskan, tradisi ini merupakan tanda bahwa UMM adalah kampus yang multikultural. Banyaknya perbedaan agama maupun suku yang ada di kampus tidak menjadi penghambat untuk memajukan Indonesia.
“Pada dasarnya, berpuasa adalah cara untuk menjunjung tinggi nilai spiritual dan menyucikan pikiran dan fisik. Dengan begitu puasa juga menjadi momen bagi umat beragama sebagai bentuk refleksi, introspeksi, dan pertumbuhan spiritual diri,” katanya.
Menjelang berbuka, hadir sebagai pembicara Rektor UMM periode 2016-2024, Prof. Fauzan . Ia memaparkan terkait keberagaman dalam bingkai harmoni UMM, dari Muhammadiyah untuk bangsa.
Fauzan menjelaskan bahwa tiap agama memiliki hari berpuasa yang berbeda. Esensinya juga bervariasi tergantung kepercayaan dan tradisi agama yang bersangkutan.
Namun menurutnya, semua puasa itu memiliki tujuan yang sama untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
“Selain itu juga membuat manusia untuk selalu sadar dan rendah hati. Berpuasa memiliki aspek penting yang harus diingat selalu. Yakni melatih kita sebagai umat beragam untuk menahan hawa nafsu,” tambahnya.
Fauzan menambahkan, berpuasa juga menjadi salah satu cara untuk saling bertoleransi. Dengan toleransi dan introspeksi, seseorang bisa mencapai level untuk mengendalikan diri. Sehingga mampu mencapai kesuksesan di setiap aktivitasnya. (diko/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News