Jamaah Salat Id yang berbahagia
Pesan yang ketiga, adalah senantiasa berakhlak yang mulia dalam menjalani kehidupan di tengah-tengah masyarakat.
Dalam ajaran Islam keimanan dan ketakwaan haruslah membuahkan akhlak yang mulia. Dalam sebuah riwayat dikisahkan ketika sahabat bertanya kepada baginda nabi tentang siapakah mukmin yang paling baik;
وَعَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: “أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا”
“Diriwayatkan pula dari Ata, dari Ibnu Umar, bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw., “Wahai Rasulullah, manakah orang mukmin yang paling utama?” Rasulullah Saw. menjawab: Orang yang paling baik akhlaknya dari mereka.”
Di dalam hadis lain yang Rasulullah bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi).
Lulusan Madrasah Ramadan adalah pribadi bertakwa dengan karakter yang mulia, dihiasi dengan kemuliaan akhlak.
Orang bertakwa akan selalu berusaha berperilaku benar, berbuat jujur, adil, tepecaya, dan melakukan segala kebaikan dan kearifan untuk dirinya, keluarga, masyarakat, dan umat manusia keseluruhan.
Bersamaan dengan itu ia akan senantiasa menjauhi hal-hal yang salah, buruk, dan tidak pantas dalam kehidupannya.
Bagi kita yang menjalanai puasa dengan benar, maka harus menjadikan puasanya sebagai kekuatan ruhani untuk membentuk perilaku baik dan terjauh dari perangai buruk buah dari ketakwaan.
Dalam suasana kehidupan yang dilanda krisis moral maka sangat penting dan menentukannya ajaran tentang pencerahan akhlak mulia ini, dalam perkataan, sikap, dan perbuatan utama.
Islam dengan tegas mengajarkan nilai-nilai amanah, adil, ihsan, kasih sayang, dan akhlak mulia lainnya. Perlu untuk kita sadarkan kembali dalam kehidupan yang seringkali paradoks.
Dalam kenyataan agama tidak sepenuhnya menunjukkan konsistensi, sebaliknya terjadi hal-hal yang bertentangan antara nilai ajaran dengan perilaku pemeluknya.
Islam mengajarkan adil, ihsan, dan kasih sayang, namun para pemeluknya tidak jarang berbuat zalim, keburukan, dan permusuhan. Islam mengajarkan kasih sayang, ta’awun, dan ukhuwah, namun pemeluknya berbuat permusuhan dengan sesama insan ciptaan Allah, bahkan dengan sesama muslim.
Begitu pula ada orang Islam rajin shalat, puasa, dan ibadah-ibadah lainnya secara intensif tetapi sikap dan tindakannya diwarnai amarah, kasar, buruk kata, kebencian, dan permusuhan.
Islam masih sebatas ilmu dan ajaran verbal tetapi kurang dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Paradoks beragama seperti itulah yang termasuk beragama yang tidak mencerahkan.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ