Jamaah Salat Id yang berbahagia
Di era kehidupan yang terbuka seperti sekarang ini, yang salah satunya ditandai peran media sosial secara masif, maka iman dan akhlak mulia benteng kita.
Media sosial selain bermanfaat sebagai media interaksi yang cepat dan mudah, pada saat yang sama menjadikan penggunanya seolah bebas komentar apa saja.
Sering kita temui ujaran perseteruan, kebencian, permusuhan, saling hujat, dan hoaks menjadi hal biasa di media daring tersebut.
Tanpa dilandasi akhlak mulai, medsos bisa mengakibatkan hubungan sosial jadi lebih keras sehingga hilang keadaban, hilang pula rasa damai dan ketenteraman.
Dalam kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan pun mulai terasa adanya peluruhan nilai-nilai utama ini.
Politik uang, permusuhan, kebencian, ghibah (menggunjing), tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain), provokasi, dan menghalalkan segala cara seakan legal dalam kehidupan politik di tubuh bangsa ini.
Oleh karena itu sangat diperlukan pencerahan akal dan budi, agar kita semua bisa mewujudkan karakter utama sebagai aktualisasi takwa buah dari puasa Ramadan.
Idul fitri harus kita jadikan sebagai momentum untuk menghidupkan kembali nilai nilai utama kehidupan, nilai nilai akhlak mulia.
Menghidupkan kembali kasih sayang, saling menghormati sesama dan menjaga persatuan. Dengan senantiasa menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan berbangsa maka sesungguhnya kita telah menampilkan cara berislam yang mencerahkan dan memajukan.
Bahwa akhlak mulia adalah citra diri setiap muslim, karena sesungguhnya akhlaq mulia tidak bisa dipisahkan dengan keimanan dan ketakwaan.
Ketika setiap Muslim di negeri ini– sebagai penduduk terbanyak-telah menerapkan karakter utama sebagai perwujudan iman dan takwa, niscaya Allah akan memberikan anugerahnya kepada bangsa kita. Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an;
وَلَوۡ اَنَّ اَهۡلَ الۡقُرٰٓى اٰمَنُوۡا وَاتَّقَوۡا لَـفَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالۡاَرۡضِ وَلٰـكِنۡ كَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ
”Apabila penduduk suatu negeri benar benar beriman dan bertakwa, niscaya Aku bukakan kepadanya barokah dari langit dan bumi. tetapi mereka mendustakan ayat ayat kami, maka kami siksa mereka disebabkan karena perbuatammya.” (QS Al a’rof: 96 )
Oleh karena itu, untuk menjadi sebuah bangsa yang maju tentunya tidak cukup hanya dengan pembangunan fisik semata. Tetapi harus diikuti dengan membangun karakter utama.
Sebagaimana para pendiri bangsa ini selalu mengingatkan agar selalu memperhatiak keduanya. Bangunlah jiwanya –Bangunlah badanya. Bangsa ini telah dikenal sebagai bangsa yang relegius.
Tentunya ini harus kita jaga, karena mulai ada yang ingin membawa agar agama dijauhkan dari proses menata bangsa, ditarik tarik kearah sekuler. Menjaga agar tetap menjadi negara yang religios adalah pengamalan dari Pancasila.
Tentunya religiutas yang kita inginkan adalah religiusitas yang mencerahkan dan memajukan. Salah satunya adalah dengan mewujudkan akhlaqul karimah- karakter utama- dalam kehidupan.
Akhirnya marilah kita memohon kepada Alllah semoga kira senantiasa diberi hidayah, sehingga di dalam menghadapi hidup yang semakin sulit ini kita tetap menjalani dengan benar.
Kita berdoa semoga Allah menerima seluruh amal kita dan mengampuni dosa dosa kita. Kita berdoa agar saudara saudara kita di Palestina dan berbagai belahan dunia yang kondisinya tidak menyenangkan, diberi keringanan dan pertolongan Allah.
Kita berdoa agar saudara saudara kita yang sedang sakit atau mendapatkan cobaan berat lain diberi kesabaran dan ketabahan serta segera dibebaskan dari masalahnhya.
Kita berdoa agar para pemimpin bangsa dan seluruh warga bangsa diberi petunjuk sehingga selalu menjaga tanah air dan bangsa dengan nilai-nilai utama, menjadi bangsa yang bermartabat, berkeadilan dan berkemakmuran.