Ramadan Bandwagon Effect
Ahmad Ghozi Al Afnan. foto: dok/pri
UM Surabaya

*) Oleh: Ahmad Ghozi Al Afnan,
Sekretaris Bidang Tabligh PC IMM Kota Surabaya

Ramadan menjadi salah satu bulan yang paling mulia umat Muslim. Bagi muslim yang taat dan beriman, Ramadan menjadi bulan yang sangat dinanti-nanti karena kemuliaan dan ganjaran yang besar yang terkandung di dalamnya.

Namun berbeda konteksnya dengan muslim KTP, yang merasa bulan Ramadan sebagai sebuah beban bagi dirinya.

Di hari-hari biasa, kita sering makan dan minum apa pun yang kita mau selagi mana sesuai dengan syariat Islam.

Namun di bulan Ramadan, kita dituntut dan diperintahkan untuk berpuasa menahan diri dari makan dan minum dari terbit fajar (subuh) sehingga terbenam matahari (maghrib).

Bagi muslim yang kurang beriman pasti tidak akan bisa melaksanakan amal ibadah puasa ini secara penuh di bulan Ramadan karena di dalam surah Al-Baqarah ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۝١٨٣

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Dari ayat ini dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan puasa untuk orang-orang yang beriman, bukan muslim apalagi seluruh manusia. Sehingga ada efek yang berbeda antar puasa Muslim yang beriman dengan Muslim biasa atau Muslim KTP.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini