Puasa adalah sebuah perintah dan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap umat Muslim yang sudah menjadi kebiasaan khususnya di masyarakat yang mayoritas Muslim sehingga membentuk sebuah budaya tersendiri.

Kebiasaan yang sudah di normalisasi akan membentuk budaya yang sangat kuat yang bisa mempengaruhi kehidupan sosial, psikologis, bahkan ekonomi.

Ramadan Bandwaggon Effect adalah sebuah efek psikologis yang dirasakan oleh seseorang tanpa mereka sadari dalam melaksanakan amal ibadah puasa di bulan Ramadan dikarenakan terpengaruh tren dan kebiasaan, dan budaya dalam suatu Masyarakat.

Bagi seorang Muslim yang beriman, mereka melaksanakan amal ibadah puasa atas kesadaran dan keimanan mereka kepada Allah SWT.

Umat Muslim meyakini bahwa puasa ini bukan sekadar sebuah perintah biasa, melainkan sebuah amal ibadah yang memberikan manfaat kepada Kesehatan, mental dan juga keimanan mereka.

Berbeda dengan Muslim KTP yang hanya berpuasa di awal bulan puasa, atau berpuasa hanya karena ingin dilihat orang dan merasa ingin eksis sebagai seorang Muslim.

Makanya banyak sekali Muslim yang mengaku berpuasa akan tetapi “mokel”, mengaku berpuasa akan tetapi tidak salat.

Sedangkan output yang seharusnya didapatkan dari orang yang berpuasa di bulan Ramadan adalah laalakum tattaqun.

Di era perkembangan zaman dan penuh fitnah ini, pembentukan keimanan dan rekonstruksi pemikiran menjadi salah hal yang urgent yang seharusnya diperoleh oleh seorang Muslim.

Sebagaimana dijelaskan dalam Surah An-Nahl Ayat 66:

وَاِنَّ لَكُمْ فِى الْاَنْعَامِ لَعِبْرَةًۚ نُسْقِيْكُمْ مِّمَّا فِيْ بُطُوْنِهٖ مِنْۢ بَيْنِ فَرْثٍ وَّدَمٍ لَّبَنًا خَالِصًا سَاۤىِٕغًا لِّلشّٰرِبِيْنَ ۝٦٦

“Sesungguhnya pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberi kamu minum dari sebagian apa yang ada dalam perutnya, dari antara kotoran dan darah (berupa) susu murni yang mudah ditelan oleh orang-orang yang meminumnya.”

Mau sehancur dan serusak apa pun lingkungan yang kita hadapi seperti diibaratkan sebagai kotoran dan darah di ayat di atas, sudah seharusnya kita mempunyai filter yang berupa rekonstruksi pemikiran dan keimanan, sehingga bisa menghasilkan sebuah output yang diibaratkan sebagai susu yang lebih bermanfaat untuk lingkungan kita.

Semoga kita bisa menjadi muslim yang beriman dan bertakwa yang tidak gampang dipengaruhi oleh bandwagon effect melainkan karena kesadaran diri dan keimanan yang lahir dari kejernihan hati. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini