UM Surabaya

Memfungsikan Nalar

Sejarah hancurnya para penolak kebenaran ditampilkan Al-Qur’an sebagai pelajaran berharga bagi orang yang menggunakan akal sehatnya.

Apa yang dialami oleh kaum Nabi Shalih merupakan bukti kebenaran bahwa para penolak perintah utusan Allah hanya akan berakhir tragis.

Permintaan bukti bukan sebagai penguat hati untuk menerima kebenaran, tetapi justru untuk mendegradasi otoritas nabi.

Apa yang terjadi pada kaum terdahulu sehingga berakhir tragis disebabkan oleh perbuatan mereka.

Mereka bertindak bebas, tanpa mengenal norma dan aturan. Mereka bertindak bebas dan sewenang-wenang hingga membuat kerusakan.

Akar dari kejahatan yang mereka lakukan tidak lain karena mereka menolak kehidupan sesudah kematian.

Para pendosa berbuat maksiat karena mereka yakin bahwa hidup di dunia ini hanya sekali, setelah kematian tidak ada hidup lagi.

Sementara Al-Qur’an meminta kepada kaum yang berakal untuk mendapatkan pelajaran atas berbagai musibah kehancuran yang dialami oleh kaum terdahulu.

Allah menegaskan bahwa percaya kepada kehidupan akhirat akan memproduksi perbuatan mulia, karena nanti akan dimintai pertanggungjawaban.

Hal ini tidak akan bisa dilakukan kecuali oleh orang yang takut kepada Allah. Hal diabadikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يَةً لِّمَنْ خَا فَ عَذَا بَ الْاٰ خِرَةِ ۗ ذٰلِكَ يَوْمٌ مَّجْمُوْعٌ ۙ لَّهُ النَّا سُ وَذٰلِكَ يَوْمٌ مَّشْهُوْدٌ

“Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Itulah hari ketika semua manusia dikumpulkan (untuk dihisab), dan itulah hari yang disaksikan (oleh semua makhluk).” (QS. Hud: 103)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini