UM Surabaya

***

Bukankah banyak sahabat yang tidak pernah membaca Al-Qur’an dalam satu mushaf utuh?

Bukankah para sahabat juga tidak mengenal kitab kitab hadis semacam kumpulan atau kodifikasi?

Jadi dengan apa para sahabat yang tinggal di pelosok jauh dari nabi saw beragama?

Masa sahabat tidak mengenal kitab tuntunan salat atau kaifiyat berwudu seperti yang saat ini kita pelajari?

Tidak semua sahabat punya iman kuat sekelas Sayidina Abu Bakar sehingga dijuluki as Siddiq.

Atau sang mujtahid besar sekelas Sayidina Umar. Atau seorang yang sangat pemalu dan beradab tinggi sekelas Sayidina Ustman, atau pintunya ilmu sekelas Sayidina Ali, dan penafsir agung Al-Qur’an sekelas Ibnu Abbas atau si cerdas Hudzaifah bin Yaman dalam mengambil keputusan.

Masih ada puluhan ribu sahabat yang tinggal di pelosok pedalaman dengan pemahaman agama yang minim, yang perjumpaannya dengan Nabi saw setahun sekali atau seumur hidup sekali, bahkan ada yang tidak pernah bertemu selama hidupnya.

Mereka beragama dengan cara sederhana, seadanya, modalnya hanya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini