Jika kondisi umat ini masih bercerai-berai, akibatnya akan hilang kekuatannya dan akan mudah dikuasai oleh kelompok-kelompok lain, komunis, liberal, sekuler dan lain-lain. Allah SWT berfirman:

وَأَطِيْعُوا اللهَ وَرَسُولَه وَلاَ تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْن (الأنفال:46)

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS Al Anfal:46)

Ma’asyiral Muslimin, jamaah salat Idulfitri rahimakumullah.

Keempat, kesadaran bahwa Allah menyayangi dan mencintai kita semua. Ramadan adalah anugerah dari Allah SWT buat kita semua umat Islam. Di bulan Ramadan ini Allah benar-benar mencurakan cinta dan kasih sayang-Nya kepada kita.

Salah satu bentuk cinta dan kasih sayang Allah adalah ketika Ramadan ditetapkan sebagai musim ketaatan, artinya dengan sangat mudah manusia melakukan ketaatan di dalamnya jika dibandingkan dengan bulan-bulan selain bulan Ramadan.

Itulah yang dipidatokan oleh Rasulullah setiap kali mau memasuki bulan Ramadan, bahwa: “Ketika Ramadan datang, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu” (Muttafaq ‘Alaih).

Bentuk cinta dan kasih sayang Allah yang lain adalah ketika Allah menetapkan suatu malam di bulan Ramadhan yang nilainya sangat istimewa, lebih baik dari 1000 bulan, yaitu malam Lailatul Qadar.

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(القدر:3)

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (Al Qodr:3)

Hal ini adalah merupakan kesempatan emas bagi umat nabi Muhammad saw yang rata-rata umurnya tidak panjang hanya berkisar antara 60 hingga 70 tahun saja, namun dengan berkesempatan menghidupkan malam Lailatul Qadar, mereka tetap dapat meraih kebaikan yang berlipat-lipat.

Ma’asyiral Muslimin, jamaah salat Idulfitri rahimakumullah.

Apakah cinta dan kasih sayang Allah ini akan kita balas dengan ketaatan atau kemaksiatan? Sudah barang tentu seharusnya kita balas dengan ketaatan.

Jika selama bulan Ramadan kita mudah melakukan ketaatan, maka budaya taat itu idealnya juga dilanjutkan di luar bulan Ramadan nanti.

Saat Ramadan kemarin kita gemar beribadah, apakah nantinya kita masih istikamah dalam menjalankan ibadah?

Jika di bulan Ramadan kemarin kita gemar bersedekah, mencintai dan membantu orang lain, apakah sikap saling berbagi masih terus dilanjutkan di luar bulan Ramadan? Rasulullah saw bersabda:

لَا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا (رواه أبو داود)

“Kalian tidak akan masuk surga hingga beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga saling menyayangi”. (HR Abu Dawud)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini