UM Surabaya

Suatu hari, Ibnu Umar melihat seseorang yang sedang menggendong ibunya sambil thawaf mengelilingi Ka’bah. Orang tersebut lantas berkata kepadanya, “Wahai Ibnu Umar, menurut pendapatmu apakah aku sudah membalas kebaikan ibuku?” Ibnu Umar menjawab, “Belum, meskipun sekadar satu rintihan ibumu ketika melahirkanmu…” (Kitab al-Kabair karya adz-Dzahabi).

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah mengingatkan umatnya untuk berbakti pada orang tua karena azab seseorang yang durhaka pada orang tuanya tidak hanya mendapatkan azab di akhirat, tapi juga akan diturunkan ketika ia masih di dunia.

Hadis Riwayat Ibnu Majah Rasulullah bersabda:

“Semua dosa itu azabnya ditunda Allah sampai hari kiamat, kecuali orang yang durhaka kepada orang tuanya. Sesungguhnya Allah akan mempercepat azab kepadanya…”.

Dari Jabir ra, bahwasanya Rasulullah naik ke mimbar. Ketika naik ke anak tangga pertama, kedua, dan ketiga Rasulullah mengucapkan, “Amiin”. Lalu para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, kami semua mendengar engkau berkata: Amiin, amiin, amiin.

Rasulullah menjawab, “Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril datang kepadaku dan berkata: Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan namun dosanya tidak diampuni. Maka Aku pun berkata: Amiin. Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika mendapati kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, namun keberadaan kedua orang tuanya tidak membuatnya masuk ke dalam surga. Aku pun berkata: Amiin. Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika namamu disebutkan di hadapannya tapi dia tidak berselawat untukmu. Maka Aku pun berkata: Amiin”. (HR. Ibnu Khuzaimah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam sahih al-Tirmidzi)

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

“Seseorang datang kepada Rasulullah dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Rasulullah menjawab, Ibumu! Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Rasulullah menjawab, Ibumu! Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, Ibumu!. Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’. Rasulullah menjawab, Kemudian ayahmu!”. (HR. al Bukhari dan Muslim).

Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al Qurthubi berpendapat, hadits di atas menunjukkan kecintaan dan kasih sayang kepada seorang ibu harus 3 kali lipat dibandingkan pada seorang ayah. Sebab, seorang ibu harus melewati banyak kesulitan selama mengandung sang anak. “Kesulitan di masa kehamilan, ketika melahirkan, serta kesulitan saat menyusui dan merawat anaknya. Hal itu hanya dialami seorang ibu, tidak seorang ayah”.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini