Bahkan digambarkan dalam Al-Qur’an:

لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ

“Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa: 37).

Saat itu kita sibuk mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita; langkah kaki, ayunan tangan, tatapan mata, pendengaran bahkan gerak hati. Ketika tidak ada yang dapat menolong, pada saat tidak ada yang bisa membantu.

Maka ketika itu kita mengharapkan pertolongan dan syafaat Rasulullah. Mari kita memperbanyak selawat, semoga kita termasuk umat yang mendapatkan syafaatnya, amiin ya Robbal’alamin.

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْ

Jamaah salat Idulfitri yang dimuliakan Allah.

Tujuan dari puasa adalah menciptakan manusia yang bertaqwa. Dan kedudukan manusia di sisi Allah diukur dari ketakwaannya. Ramai orang datang untuk melaksanakan salat Idulfitri, apakah orang yang paling mulia itu orang yang berdiri di atas mimbar? Orang yang duduk di shaf terdepan? Orang yang memakai baju yang paling mahal? Tentu tidak?!

Allah SWT berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu”. (Q.S. al-Hujurat: 13).

Manusia dianggap mulia bukan karena hartanya, bukan karena jabatannya, bukan pula karena bentuk dan rupanya. Rasulullah saw bersabda:

إنَّ الله لا ينْظُرُ إِلى أجْسَامِكُمْ ، ولا إِلى صُوَرِكمْ ، وَلَكن ينْظُرُ إلى قُلُوبِكمْ وأعمالكم

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kamu dan tidak melihat kepada bentuk kamu, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan perbuatan kamu”. (HR. Muslim)

Satu bulan penuh seorang hamba ditempah berbagai kebaikan dalam bulan suci ramadhan, untuk membiasakan dirinya untuk beramal agar dapat melaksanakan amalan di bulan-bulan yang akan datang, dan pada akhirnya Ia bisa istikamah hingga tiba kematian.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini