Imam Ali bin Abi Tholib menggambarkan cerminan hamba yang melaksanakan puasa di bulan Ramadan akan menampakkan empat perilaku dil uar bulan Ramadan:
اَلْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ، وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ، وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ، وَالاِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ
Pertama: اَلْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ Takut Kepada Allah.
Rasa takut kepada Allah merupakan salah satu buah dari keimanan yang dimiliki seorang muslim. Pada saat melakukan puasa Ramadan, di tengah siang yang panas dan terik, walaupun Ia memiliki kesempatan untuk melakukan hal yang haram, tapi tidak dilakukannya dikarenakan takut kepada Allah.
Seorang hamba yang berpuasa akan menumbuhkan rasa takut selama tiga puluh hari, dengan tujuan agar rasa takut itu bersemayam dan kekal abadi di dalam hati sampai Ramadan yang akan datang.
Nilai-nilai yang telah dilakukan pada bulan Ramadan pada dasarnya sebagai latihan untuk menumbuhkan iman dalam diri seorang muslim, yang diharapkan nantinya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari walaupun Ramadan telah meninggalkannya.
Di saat bulan Ramadan tidak boleh makan dan minum, padahal makanan pokok berasal dari hasil yang halal lalu dimasak oleh istri di rumah. Meskipun hakikat makanan dan minuman halal tapi tidak pernah disentuh di siang hari karena perasaan takut pada Allah.
Akan tetapi, banyak di antara seorang hamba yang mengalami krisis takut kepada Allah? Jika seorang pemimpin takut kepada Allah, maka ia tidak akan menyia-nyiakan amanahnya, tidak akan menzalimi rakyatnya.
Jika suami takut kepada Allah ia tidak akan pernah menelantarkan istri dan anaknya. Ingatlah akan janji Allah untuk orang-orang yang takut kepada-Nya:
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.” (QS. ar-Rahman: 46).