***
Beginilah bunyi ayat yang membuat Umar bin Abdul Aziz takut sekali menerima sosok yang sebenarnya sangat dirindukannya itu,
” .. .. dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya sy\urgalah tempat tinggal(nya).(An-Nazi’at: 40 – 41).
Jika menjaga farji atau tidak selingkuh menjadi alasan poligami, maka bisa dilihat manusia macam apa kalian, Nabi-ku tidak serendah itu.
Nabi-ku bisa menjaga farji, hawa nafsunya terjaga. Jadi jangan pernah berpikir macam-macam tentangnya.
Semua pernikahan yang dilakukan Nabi-ku atas perintah Rabb-Nya Yang Maha Agung, bukan karena nafsunya terhadap perempuan yang menggebu.
Apalagi Aji mumpung sebagai hak laki-laki atas perempuan. Nabi ku diberi kekuatan makan dan sex setara dengan 100 laki-laki tapi beliau memilih puasa.
***
Ibnu Hatim meriwayatkan bahwa Rasululah saw pernah mengingatkan pada Thalhah bin Ubaidillah karena diam-diam dia mencintai Aisyah, istrinya, tapi Thalhah malah bersumpah akan menikahi Aisyah setelah Rasulullah wafat. Usianya terpaut 25 tahun lebih muda.
Jangan tanya cemburunya Rasulullah saw terhadap sahabatnya itu. Tapi kemudian Allah Tabaraka Wa Taala tak ingin hati Nabi saw yang pencemburu itu bersedih hati, kemudian turunlah Surat Al-Ahzab: 53 yang berbunyi:
“…Dan tidak boleh kamu menyakiti hati Rasulullah dan tidak boleh mengawini istri-istrinya sesudah dia wafat untuk selamanya….”
Begitu ayat ini turun, Thalhah sangat terpukul dan segera bertobat. Ibnu Abbas berkata, “Sebagai bentuk penyesalan dan tobatnya terhadap ucapan dan perasaan hatinya, Thalhah pun kemudian memerdekakan seorang budak, menginfakkan hartanya di jalan Allah seberat yang bisa diangkut sepuluh ekor unta, serta menunaikan haji dengan berjalan kaki.”
Tapi cintanya tak luntur. Setelah menikah dan punya anak, ia beri nama putrinya yang molek itu, Aisyah.