UM Surabaya

Hawa Nafsu

Berbagai penolakan terhadap risalah nabi dan rasul berakar dari hawa nafsu. Hawa nafsu tidak memiliki parameter dalam menentukan baik dan buruk.

Kepuasan dan kesenangan menjadi parameternya, tanpa memperhatikan suara hati, mata dan telinga.

Oleh karena itu, Al-Qur’an menggambarkan bahwa manusia yang memperturutkan hawa nafsu akan sulit diatur dengan norma apa pun.

Al-Qur’an menggambarkan bahwa Allah telah mengunci pendengaran, hati, dan penglihatannya, sebagaimana firman-Nya:

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰٮهُ وَاَ ضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةً ۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al-Jasiyah : 23)

Hawa nafsu telah menjadi pertimbangan dalam melakukan perbuatan apa pun tanpa takut terhadap ancaman agama.

Mereka bukan hanya ragu, tetapi memperdebatkan apa-apa yang disampaikan nabi dan rasul-Nya. Sikap merasa paling benar dan berperilaku sombong inilah yang membuat Allah murka sehingga membuat mereka hidup terasa sempit.

Kemurkaan Allah sangat wajar, karena kekayaan melimpah, dan pengikut yang banyak dianggap usahanya sendiri, tanpa campur tangan Allah.

Hal ini membuat manusia semakin berbuat sewenang-wenang dan sombong ketika menerapkan aturan yang mereka buat sendiri.

Kesewenang-wenangan inilah yang membuat eksistensi mereka hilang. Allah mensugesti kita untuk melihat kesudahan para pembangkang, sebagaimana firman-Nya :

اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَ رْضِ فَيَنْظُرُوْا كَيْفَ كَا نَ عَا قِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۗ كَا نُوْۤا اَكْثَرَ مِنْهُمْ وَاَ شَدَّ قُوَّةً وَّ اٰثَا رًا فِى الْاَ رْضِ فَمَاۤ اَغْنٰى عَنْهُمْ مَّا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di bumi, lalu mereka memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu lebih banyak dan lebih hebat kekuatannya serta (lebih banyak) peninggalan-peninggalan peradabannya di bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka.” (QS. Ghafir : 82)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini