*) Oleh: Dr. Nurbani Yusuf
Aku adalah kebenaran (ana al haq), tidak ada apa-apa di dalam junahku kecuali Allah (lafil jubah ila allah) lantas semua tertuju pada Abu Mansoer al Hallaj.
Sufi masyhur yang dihukum salib dengan cara dipotong. Karena dituduh sesat lagi kafir, tapi baunya seharum kesturi
***
Lantas, siapa yang merasa paling benar? Yang dihukum atau yang menghukum? Siapa yang kemudian bertindak sebagai hakim yang memerintah algojo menghunus pedang menumpah darah? Al Halaj atau para ulama yang bertindak atas nama kebenaran Tuhan?
‘Ana al haq’ tak cukup dipahami siapa yang mengucap sebab bisa saja itu adalah sindiran kepada sekelompok yang merasa dirinya paling benar paling sunah paling Islam dan merasa paling mengenal Tuhan, dan merasa paling benar sendiri.
Paling sunah sendiri. Paling mengenal Nabi saw. Dan bertindak layaknya Tuhan: menghakimi kepada yang tidak sepemahaman dengan cara lalim. Abu Yazid menyindir keras: sub hani sub hani sub hani maha suci aku maha suci aku.
Ditolaknya semua pengalaman batin dan prasangka baik kepada Tuhan yang berlawanan dengan prasangkanya sendiri.
Lantas, ayat-ayat Tuhan dijadikan hujjah untuk membenarkan atas tindakan yang dilakukan untuk menyalahkan siapapun yang tidak sepemikiran menebas yang tidak sehaluan. Membenam yang tidak sepemahaman.
Mengklaim dirinya memegang ororitas atas nama agama dan berhak menyebut ini mukmin ini kafer ini murtad ini sunah ini bidah ini zindiq ini khurafat dst.
***
Berkatalah orang Israel kepada Musa as, aku ingin ketemu Tuhanmu! Kemudian Musa as bermunajat menyampaikan hajat pengikutnya itu. Kemudian Tuhan berkata: “Buatkan Aku hidangan Aku akan datang besuk pagi.”
^^^*
Sesungguhnya Allah azza wa Jalla berfirman pada hari Kiamat: “Wahai anak Adam, Aku sakit namun engkau tidak menjenguk-Ku.”
Ia berkata: Ya Rabb, bagaimana aku menjenguk-Mu sementara Engkau adalah Rabb alam semesta?
Allah SWT berfirman: “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku fulan sakit, tapi engkau tidak menjenguknya, tidakkah engkau tahu, bila engkau menjenguknya, niscaya engkau akan mendapati-Ku ada di sisinya? “ (HR. Muslim, 2569 )
Siapa yang menjenguk seorang yang sakit maka ia terus menerus berada di khurfatil jannah.” Ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah khurfatil jannah itu?” Beliau menjawab, “Buah-buahan yang dipetik dari surga.”
Allah hadir pada hamba yang sakit, yang kedinginan karena tak berselimut, yang kehausan, yang kelaparan berharap sesuap makanan, yang dizalimi tanpa penolong, yang sendirian tanpa kerabat Allah menghadirkan diri-Nya.
***
Sesama iman saling mengkafirkan, saling menyesatkan, bahkan saling menghalalkan darah, jadi siapa berhak paling benar?
Suni atau Syiah, Salafi-Wahabi atau Aswaja? Berdebat tentang sifat, jissim bahkan wujud yang Maha Lembut, Yang Maha Maha Tinggi, Yang Maha Luas. Jadi akidah siapa yang paling benar?
Jadi siapa yang paling suka berkata “Ana Al haq”, aku adalah kebenaran? Lantas menyesatkan siapa pun. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News