Khotbah Jumat:
Oleh: Afifun Nidlom S.Ag., M.Pd,
Wakil Sekretaris Majelis Tabligh PWM Jawa Timur
اَلْحَمْدُ ِلِلَّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ اْلإِسْلاَمِ وَالتَّقْوَى. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ يُحْسِنُ لِلْمُتَّقِيْنَ الْعُقْبَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى أَيْضًا، يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
Setiap manusia mengalami fase infancy (masa bayi) dan childhood (masa kanak-kanak) dalam hidupnya. Pada masa infancy dan childhood, setiap anak akan menumbuhkan perasaan trust (percaya) pada lingkungan dan melihat bahwa kehidupan ini pada dasarnya baik.
Peranan orang tua dan lingkungan dalam memberikan perhatian positif dan penuh kasih kepada anak merupakan hal terpenting dalam membentuk karakter anak yang akan mewujud dalam perilaku sehari-hari.
Bila seorang anak gagal di periode ini, ia akan memiliki perasaan mistrust (tidak percaya). Dalam ungkapan bahasa Jawa, bayi itu lucu dan masa kanak-kanak jiwanya lugu (tidak ada kebohongan). Maka fitrahnya manusia itu adalah jujur.
Allah menyatakan:
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٣٠
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Ruum/30: 30).
Karakter dasar manusia yang jujur, harus senantiasa dijaga. Jika tidak dirawat maka akan terkikis bersamaan proses anak menjadi dewasa dengan perubahan mental, pembiasaan lingkungan dan didikan orang tua.
Kemajuan industrialisasi di bidang teknologi informasi, menciptakan anomali nilai dan perilaku. Kita ambil contoh, ucapan ‘misuh’, di masyarakat, pastilah itu nilai buruk.
Namun sering kali kreator (pembuat konten di medsos), konten ‘pisuhan’ pada algoritma medsos menjadi trending topic. Kemudian konten tersebut menghasilkan uang sebagai pendapatan.
Oleh karena itu, hasil survei Google terkait orientasi kerja generasi Z dan milenial menunjukkan bahwa menjadi Youtuber atau content creator lebih diminati daripada menjadi insinyur.
Dampaknya, hasil survei Randstad Workmonitor 2022, generasi Z dan milenial lebih memilih menjadi pengangguran ketimbang bekerja tapi tidak bahagia.
Hasil survei organisasi akuntansi, Deloitte memaparkan, bahwa generasi Z dan milenial mudah stres karena masalah prospek kerja/karier. Inilah zaman yang disebut sebagai postmodern, zaman pseudocode, algoritma anomali, atau wolak walike zaman.
Tokoh sosiolog, Jean Baudrillard, menyatakan bahwa manusia abad kontemporer hidup dalam dunia simulacra (gambar atau citra). Manusia saat ini hidup dalam dunia yang penuh dengan simulasi, hampir tidak ada yang nyata, manusia dalam realitas semu. Tentu, bagi setiap muslim ini adalah tantangan kehidupan.
Karena Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah/9: 119).
Para ulama menyatakan, bahwa kejujuran itu meliputi tiga (3) hal:
1. Kejujuran lisan
Lawan dari kejujuran lisan adalah dusta. Tidak ada seorang pun yang suka dibohongi, termasuk pelaku kebohongan. Apalagi namanya dicatut untuk kedustaan.
Oleh karena itu Nabi SAW dengan keras memperingatkan,
إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Sesungguhnya berdusta kepadaku tidak sama dengan orang yang berdusta kepada orang lain. Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia bersiap-siap (mendapat) tempat duduknya di neraka.” (HR. al-Bukhari no. 1209).
Kebudayaan industri menyamarkan jarak antara fakta dan informasi. Antara informasi dan intertainment, antara intertainment dan kepentingan politik.
Masyarakat tidak sadar akan pengaruh citra, hal ini membuat umat kerap kali mencoba hal baru yang ditawarkan oleh keadaan semu, untuk memilih, membeli dan lainnya.
Termasuk memilih presiden, gubernur, wali kota, bupati maupun pemimpin lainnya. Akibatnya, sering kali salah dalam pilihan. Tentu, merugikan umat dan peradaban.
Dalam dakwah juga harus benar apa yang disampaikan, hadis yang secara konsensus keilmuan dinyatakan daif, palsu bahkan munkar malah digunakan untuk memperkuat perbuatan yang salah. Penggunaan cerita jangan yang menghanyutkan tapi hasil dari rekayasa pikiran, sumbernya kebohongan.
2. Kejujuran niat
Kejujuran niat ialah ikhlas. Pembuktian ikhlas berupa tekad yang benar dan ikhtiyar atas apa yang diniatkan. Dalam syariat Islam tidak dibenarkan seperti cerita Robin Hood, niat membantu fakir miskin dengan cara merampok dan mencuri.
Membangun masjid dengan dana dari korupsi, jual narkoba atau kejahatan lainnya. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلَا يَقْبَلُ اللَّهُ إِلَّا الطَّيِّبَ
“Barang siapa bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil usahanya sendiri yang baik (halal), sedangkan Allah tidak menerima kecuali yang baik saja.” (HR. al-Bukhari no. 1321)
3. Kejujuran dalam berbagai keadaan
Senantiasa berperilaku jujur, baik dalam kesendiriannya maupun dalam khalayak ramai. Dalam kekhawatiran bahaya maupun dalam pengharapan kebaikan.
Nabi SAW bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابً
“Kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah.
Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah”. (HR. Muslim dari ‘Abdullah bin Mas’ud)
Kebohongan oleh orang Arab diistilahkan dengan “habl qashir”, tali yang pendek. Mungkin saja karena kebohongan sekali pun diliputi tirai-tirai dari kebohongan yang lain, toh akan terbuka dan diketahui orang lain.
Sedangkan kejujuran disebut sebagai “habl thawil”, tali yang panjang, karena dampaknya terus menerus sepanjang zaman.
Semoga khotbah yang singkat ini bermanfaat. Aamiin.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالْآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا مُبَارَكًا طَيِّبًا فِيْهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى أَيْضًا، إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.