*) Oleh: Noor Hudawan, S.Pd,M.Pd.I
Sejak berkumandangnya azan maghrib yang menandai berakhirnya Ramadan, sesungguhnya umat Islam ini ada dalam babak baru peri kehidupannya.
Bila dalam Ramadan, seorang hamba yang beriman dan berharap pahala dan berpuasa, maka diampuni seluruh dosanya yang telah lalu. Bahkan setiap amal baiknya dibalas dengan sepuluh kali lipat kebaikan semisalnya oleh Sang Maha Pemberi pahala.
Sungguh, Ramadan adalah bulan transaksi yang tiada pernah rugi bagi seorang beriman yang dijanjikan mendapatkan gelar Orang orang bertakwa seusainya.
Hari ini kita memasuki Syawal, yang memiliki makna meningkat, membumbung tinggi, menjulang dan mendaki. Dengan nilai lulus ujian Ramadhan sebagai orang orang yang bertakwa. Inilah harapan yang diberikan oleh Allah bagi hamba hamba-Nya yang terpilih.
Kita hafal benar dengan QS Al-Baqarah ayat 2:183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas “orang-orang sebelum kalian” agar kalian bertakwa.”
Ibadah mahdhah berupa puasa Ramadan sungguh berdasar perintah-Nya sebagaimana orang orang sebelumnya [الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ]. Dengan kata lain mesti dipastikan ada contoh baik dari pendahulunya.
Sebagaimana permintaan seorang hamba minimal 17 kali sehari semalam dalam salatnya, memohon diberikan petunjuk jalan yang lurus, yakni jalannya orang orang yang telah diberikan kenikmatan (beribadah). (QS Al Fatihah 1: 6-7)
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.”
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
