Allahu akbar 3x walillahilhamdu
Saudara-saudaraku yang dirahmati oleh Allah SWT, sebulan penuh kita jalani ibadah dibulan Ramadan, dengan berbagai pembiasaan (habitus) yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Ibarat sebuah madrasah, maka Ramadhan merupakan paket program Pendidikan karakter terlengkap yang tidak hanya menstimulasi potensi-potensi kebaikan dalam diri kita, sekaligus suatu proses pembelajaran, pelatihan dan pembiasaan yang melibatkan semua unsur manusiawi berupa fisik, otak, heart and mind.
Dan salah satu output (capaian pembelajaran) yang dihasilkan di madrasah Ramadhan adalah kesalehan sosial.
Nilai ini ditandai oleh empat hal, pertama, memiliki kepedulian sosial yang semakin bertambah, tidak egois, tidak mementingkan dirinya sendiri, selalu bertindak dengan memikirkan dampak ketidakbaikan dengan orang lain sesama manusia, dan makhluk-makhluk Allah di bumi ini.
Kedua, kualitas hubungan dengan tetangga bertambah baik, saling menghormati dan berusaha untuk memenuhi hak-haknya, memiliki adab dan kesopanan dalam bertetangga, mampu berinteraksi dengan baik di lingkungannya, dan bukan menjadi seorang yang terasing (tidak kenal dengan tetangganya dan tidak peduli terhadap lingkungannya).
Ketiga, memuliakan kedua orang tua, kerabat dekat, fakir miskin dan anak-anak yatim, anak terlantar dan pembantu rumah tangga yang dimiliki, dengan cara tidak kikir kepada mereka, dan menginfakkan sebagian harta yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan mereka, berbagai kepada mereka atas karunia yang telah diberikan Allah kepadanya (QS. An-Nisa’[4]: 37), serta suka menyambung tali silaturahmi kepada mereka, dan tidak menzalimi mereka meskipun sebesar zarrah (QS. An-Nisa’[4]: 40).
Keempat, menjalankan ajaran agama secara washatiyah (tidak mudah mengkafirkan orang lain) dan berkemajuan (berorientasi ke depan (Wa lal-ākhiratu khairul laka minal-ūlā), memiliki sikap toleran, saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan, serta bersikap tawadu kepada sesama manusia dan tercermin dari pribadinya selalu memperhartikan keselamatan orang lain dari kejahatan tangan dan mulutnya (QS. Al-Furqon [25]: 63).
Di bulan Ramadan banyak kebiasaan-kebiasaan baik yang telah dilakukan sebagai proses habituasi (proses pembelajaran non-asosiasi) setiap individu untuk bersikap dan berperilaku secara saleh (baik-benar-salam) yang tanpa disadari telah menjadi bagian dari jalan kehidupannya (way of life) di bumi ini, dengan mengintegrasikan keseluruhan potensi yang diberikan oleh Allah dalam unsur-unsur kemanusiaan (khuliqol insaana fi akhsanitaqwim) baik qalbun (heart), otak/akal (mind), jismi (tubuh), dan nafs (jiwa) sehingga menjadi sosok manusia yang fitri.
Sosok manusia yang oleh ibnu Taymiyah digambarkan sebagai kecenderungan untuk menjadi baik, meningkatnya nafs mut’aminnah, dan kecenderungan untuk menerima atau beragama secara hanif (lurus) (QS. Ar-Rum [30]: 30).
فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ ٣٠
Habitus tersebut antara lain: Pertama, membiasakan diri untuk beribadah dengan berharap Ridho dan Rahmat Allah SWT. Memperbanyak amaliah ibadah kepada Allah dengan mempertimbangkan kualitas merupakan bentuk dari sikap ini.
Yang dimaksud dengan kualitas ibadah adalah ibadah dilaksanakan dengan benar atas dasar perintah Allah dan contoh dari rasul-Nya.