Melalui ibadah puasa inilah, nafsu ini dikendalikan, jika seorang mukmin berbuka sebagai tanda dibolehkannya makan dan minum, serta berhubungan suami istri di waktu malam (QS. Albaqarah[2]: 187), maka terdapat dua ciri perilaku berbuka bagi siapa saja yang mampu mengendalikan atau hanya sekedar menahan nafsunya.
Jika pengendalian ini dilakukan oleh seorang mukmin maka cara berbuka puasa dapat mencontoh cara-cara Rasulullah berbuka yakni hanya meminum air putih dan 3 buah kurma (boleh diganti dengan takjil lain sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tertentu dengan tidak berlebihan.
Akan tetapi berbeda dengan menahan hawa nafsu, baginya akan ditunaikan keserakahan dan keberlebihannya saat berbuka puasa, semua menu makanan disediakan untuk dirinya dan siap disantap habis meskipun sesungguhnya dirinya tidak mampu menghabiskannya.
Dengan demikian tingkatan tertinggi dari pengendalian hawa nafsu tersebut, seseorang akan mampu menahan amarah, dan menjadi pemaaf, tidak ujub (membanggakan diri) dan sumbong, karena sesungguhnya Allah Swt tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri dan sombong.
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali-Imron[3]: 134)
Ketiga, bulan Ramadan telah membiasakan kita untuk senantiasa hidup berdampingan dengan Al-Qur’an. Dengan al-Qur’an, hidup kita selalu diberkahi dan dimudahkan oleh Allah Swt.
Al-Qur’an akan menjadi syafaat bagi para sahabat-sahabatnya di hari akhir sebagaimana sabda Rasulullah saw:
اِقْرَؤُوْا القُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ -رَوَاهُ مُسْلِمٌ
“Bacalah Al-Qur’an karena pada hari kiamat, ia akan datang sebagai syafaat untuk para pembacanya.” (HR. Muslim, no. 804)
Dan para sahabat Al-Qur’an dalam al-Bahr Muhith 16: 353 adalah sebutan dari siapa saja yang Yang terus menerus membacanya dan mengamalkannya (المُلاَزِمِيْنَ لِتِلاَوَتِهِ العَامِلِيْنَ بِهِ).
Di samping itu, perintah Allah dalam membaca Al-Qur’an akan menjamin kebahagiaan dan kemuliaan hidup kita, karena Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia di penjuru dunia ini bagi siapa pun yang mempelajarinya (QS. Al-Alaq [ ]: 3-5)
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ; الَّذِى عَلَّمَ بِالْقَلَمِ; عَلَّمَ الْإِنْسٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Bacalah!, dan Tuhanmu yang maha mulia, yang mengajarkan dengan qolam (pena), mengajarkan manusia dari sesuatu yang tidak mereka ketahui.”