Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman mengatakan bahwa puasa Ramadan telah melatih umat muslim untuk senantiasa berperilaku jujur. Lulusan madrasah Ramadan semestinya melahirkan pribadi bertakwa yang senantiasa menjaga kejujuran.
“Maka orang yang berpuasa dengan benar tidak mungkin akan menjadi pendusta, pencuri ataupun koruptor. Saat ini rendahnya kejujuran menjadi keprihatinan kita semua. Bahkan diantara krisis moral yang melanda bangsa kita salah satunya adalah hilangnya kejujuran pada sebagaian anak bangsa,” ujar Agus dalam Khutbah Idulfitri 1445 H di Pantai Losari Makassar.
Agus juga mengatakan bahwa manusia memiliki potensi salah dan lupa. Tetapi apabila terlanjur berbuat salah, maka terus bertaubat. Sebagai wujud pertaubatan yang sesungguhnya adalah tidak mengulangi perbuatan salah itu dan sisa hidupnya diisi dengan kebaikan.
Lulusan Madrasah Ramadan adalah pribadi bertaqwa dengan karekter yang mulia, dihiasai dengen kemuliaan akhlaq. Orang bertakwa akan selalu berusaha berprilaku benar, berbuat jujur, adil, terpecaya, dan melakukan segala kebaikan dan arifan untuk dirinya, keluarga, masyarakat, dan umat manusia keseluruhan.
“Bersamaan dengan itu ia akan senantiasa menjauhi hal-hal yang salah, buruk, dan tidak pantas dalam kehidupannya. Bagi kita yang menjalani prasa dengan benar, maka harus menjadikan puasanya sebagai kekuatan ruhani untuk membentuk perilaku baik dan terjauh dari perangai buruk buah dari ketaqwaan,” jelas Agus.
Agus mengajak umat muslim di momentum Idulfitri ini untuk makin mengaktualisasikan perilaku taqwa dan akhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan universal.
“Selalu mewujudkan amal-amal Islami yang membawa pada kebaikan, kedamaian, kemajuan, dan kebahagiaan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan hubungan antarumat manusia universal,”ungkap Agus.
Selain itu, Agus juga mengungkapkan bahwa untuk menjadi sebuah bangsa yang maju tentunya tidak cukup hanya dengan pembangunan fisik semata. Tetapi harus diikuti dengan membangunan karakter utama.
Sebagaiman para pendiri bangsa ini selalu mengingatkan agar selalu memperhatikan keduanya. Bangunlah jiwanya dan Bangunlah badannya. Bangsa ini telah dikenal sebagai bangsa yang religius.
“Tentunya ini harus kita jaga, karena mulai ada yang ingin membawa agar agama dijauhkan dari proses menata bangsa, ditarik tarik kearah sekuler. Menjaga agar tetap menjadi negara yang religius adalah pengamalan dari Pancasila. Tentunya religiusitas yang kita inginkan adalah religiusitas yang mencerahkan dan memajukan. Salah satunya adalah dengan mewujudkan akhlaqul karimah, karakter utama dalam kehidupan,”tutup Agus. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News