Bukan hanya merusak tabiat manusia itu sendiri, tatanan kehidupan yang menyalahi fitrah itu juga menyebabkan kerusakan alam akibat perasaan dirinya yang ‘memiliki’ dan berhak ‘semena-mena’ terhadap properti dirinya.
Hutan digunduli semaunya, gunung ‘emas’ menjadi danau akibat penambangan, pulau-pulau kecil tenggelam karena pasirnya disedot untuk reklamasi, lautan porak-poranda akibat bom untuk menangkap ikan, hutan digunduli diambil kayunya, banjir pun meluluhlantakkan berbagai desa dan kota.
Keseimbangan alam pun terganggu, dan segala macam bencana alam pun selalu mengintai. Semua itu adalah dampak pengelolaan alam yang menyalahi fitrah manusia dan alam itu sendiri.
Selain itu, perlu jadi renungan dan muhasabah bersama adalah fiqih ibadah di elit dan akar rumput melonjak tajam bisa dilihat saat Ramadan.
Tapi di sisi lain, fikih sosial dan fikih politik dan akhlak elite dan rakyat kebanyakan merosot tajam. Sikap hidup religius, beragama yang taat baru sebatas ibadah ritual, belum menyentuh kesalehan sosial, kesalehan kemanusiaan dan kesalehan publik.
Buktinya di bulan Ramadan ini, defisit moral etika jadi perbincangan hangat di sidang MK gugatan hasil pilpres, dan pimpinan 2 lembaga Islam plat merah (Baznas dan Masjid Istiqlal) tidak sensitif dengan isu kemanusiaan Palestina meski dalam hal kecil seperti boikot produk-produk afiliasi zionis.
Walhasil, kembali kepada fitrah adalah kembali kepada sistem akidah dan syariah Islam dalam semua aspek kehidupan.
Dengan itulah manusia akan selamat dari segala macam bentuk kerusakan dan akan menikmati kehidupan yang dipenuhi kebaikan, keadilan, kesejahteraan dan berkah dari Allah, Tuhan semesta alam.
Allah SWT berfirman: “Dan sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa kepada Allah, niscaya kami akan buka untuk mereka keberkahan-keberkahan dari langit dan bumi, namun mereka telah mendustakannya sehinggka kami siksa mereka akibat dosa yang mereka perbuat” (QS. Al-A’raf: 96)
Semoga kita semua kembali kepada fitrah Tauhid di hari kemenangan sejati, dengan menjadikan takwa kepada Allah sebagai sarana untuk mematuhi semua aturan Ilahi dalam seluruh sendi kehidupan kita selaku hamba Allah. Semoga amal ibadah Ramadhan kita diterima Allah SWT. Amiin. (*)
Taqabbalallahu minn wa minkum. Kullu ‘aam wa antum bikhayr.
Jakarta, 3 Syawwal 1445/12 April 2024
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News