Untuk mewujudkan tauhid inilah, para rasul diutus dan kitab kitab diturunkan. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 25)
Allah Ta’ala juga berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu pun.” (QS. An-Nisa’ [4]: 36)
Tauhid, Hak Allah Atas Hamba dan Ampunan Adalah Hak Hamba Atas Allah
Tauhid adalah hak Allah Ta’ala atas hamba-Nya. Sedangkan ampunan (maghfirah) adalah hak hamba atas Allah Ta’ala. Istighfar adalah permintaan ampunan, yang merupakan kebutuhan seorang hamba.
Semua hamba Allah Ta’ala membutuhkan istighfar. Karena makna istighfar adalah permohonan ampunan dari kesalahan yang dilakukan seorang hamba berkaitan dengan hak Allah Ta’ala, baik karena meninggalkan kewajiban atau karena mengerjakan yang haram.
Seorang hamba memohon kepada Allah Ta’ala untuk mengampuni dosanya dan bertobat dari dosanya.
Hal ini setelah dia bertekad untuk meninggalkan perbuatan dosa yang sebelumnya dia lakukan dan menunaikan kewajiban yang pernah dia tinggalkan.
Dia meminta kepada Allah untuk menutupi dosanya yang telah lalu dan memperbaiki amalnya di masa mendatang.
Adapun yang hanya beristighfar tanpa berusaha memperbaiki amalnya, bahkan tetap berada di atas kondisinya semula, maka istighfarnya tidak benar dan patut dipertanyakan. Karena istighfar tidaklah cukup dengan lisan saja, tanpa ada usaha untuk memperbaiki diri.
Seorang hamba sangat butuh istighfar, karena istighfar merupakan salah satu syiar para Nabi dan Rasul, dari Adam alaihis salaam sampai Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Semuanya beristighfar kepada Allah Ta’ala dan memohon ampunan kepada-Nya.